Halaman

Senin, 28 Februari 2011

BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa tahun lalu, dari hasil riset sebuah lembaga di Amerika Serikat diketahui bahwa lebih dari 50% produk dan komponen yang dihasilkan oleh perusahaan mempunyai cacat atau kerusakan, dan untuk perusahaan yang bergerak di bidang teknologi tinggi, otomotif, dan aerospace angkanya lebih mencengangkan lagi yaitu mencapai lebih dari 75%. Komisi Keselamatan Produk Konsumen Amerika bahkan memperkirakan bahwa kematian, kecelakaan, dan kerusakan yang ditimbulkan akibat pemakaian produk konsumen yang tidak sempurna telah membebani negara lebih dari 700 miliar dolar per tahunnya. Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka tidak mengherankan jika perusahaan-perusahaan saat ini berusaha keras untuk menerapkan sistem manajemen mutu yang diharapkan akan membantu mereka dalam meningkatkan mutu produk/layanan yang dihasilkan, mengontrol biaya-biaya, mengurangi kerusakan dan cacat pada produk, meningkatkan kepuasan konsumen, dan pada akhirnya adalah meningkatkan keuntungan perusahaan. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang manajemen mutu, mudah-mudahan makalah ini berguna bagi kita semua.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Manajemen Mutu agar mahasiswa, khususnya mahasiswa Akper Royhan memahaminya.
2. Tujuan khusus
Adaun secara khusus makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang :
a. Definisi manajemen mutu
b. Pendekatan
c. Prinsip
d. Pelaksanaan
e. Metode
f. TQM
g. Audit
C. Ruang Lingkup
Dalam membuat makalah ini, penulis hanya menjelaskan tentang anajemen Mutu yang mencakup Definisi manajemen mutu, Pendekatan, Prinsip, Pelaksanaan, Metode, TQM dan Audit.
D. Metode penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengambil literatur dari internet yang disusun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar mahasiswa dapat dengan mudah memahami isi makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu:
Bab I : Latar belakang, Ruang lingkup, tujuan penulisan, Metode penulisan, Sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori yang meliputi Definisi manajemen mutu, Pendekatan, Prinsip, Pelaksanaan, Metode, TQM dan Audit.
Bab III : Kesimpulan dan Saran.

BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Manajemen Mutu
Manajemen mutu merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi.
1. Definisi mutu
Dugaan dan penafsiran yang sering timbul bahwa "mutu" diartikan sebagai sesuatu yang :
a. Unggul dan bermutu tinggi
b. Mahal harganya
c. Kelas, tingkat atau bernilai tinggi
Dugaan dan penafsiran tersebut di atas kurang tepat untuk dijadikan dasar dalam menganalisa dan menilai mutu suatu produk atau pelayanan. Tidak jauh berbeda dengan kebiasan mendefinisikan "mutu" dengan cara membandingkan satu produk dengan produklainnya. Misalnya jam tangan Seiko lebih baik dari jam tangan Alba. Kedua pengertian mutu tersebut pada dasarnya mengartikan tingkat keseragaman yang dapat diramalkan dan diandalkan, disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat diterima oleh pelanggan (custumer). Secara singkat mutu dapat diartikan sebagai kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan atau kepuasan pelanggan atau pemenuhan terhadap persyaratan.

B. Pendekatan
TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan user dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi user yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan,kebutuhan, dan harapan user),mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada user (output). Dengan demikian TQM dirangkum menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut.
1. Difokuskan pada improvisasi proses berkelanjutan (continuous Improvement) sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible (dapat dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan measurable (dapat diukur).
2. Berfokus pada efek intangible pada proses dan optimisasi dari efek tersebut.
3. Meneliti cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas produk itu sendiri.
4. Manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang siap untuk diperdagangkan.Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh beberapa piranti, yang sering disebut “alat TQM”.
C. Prinsip
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelanggan internal (di dalam organisasi)
b. Pelanggan eksternak (di luar organisasi)
Pada pengertian manajemen tradisional, yang dimaksud pelanggan adalah pelanggan eksternal (di luar organisasi). Mengapa pelanggan internal menjadi perhatian manajemen mutu? Jawabnya, adalah apabila pribadi yang ada di dalam organisasi tersebut dilayani dengan baik, otomatis mereka akan melayani pelanggan eksternal secara baik pula. Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, missal guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa.
Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat. Prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1. Setiap orang memiliki pelanggan
2. Setiap orang bekerja dalam sebuah system
3. Semua sistem menunjukkan variasi
4. Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi
5. Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan
6. Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup
7. Manajemen berdasarkan fakta dan data
8. Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put
D. Pelaksanaan
Uraian Tahapan Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu
1. Pelatihan dan Pemahaman
Kegiatannya meliputi :
a. Memahami persyaratan standar ISO 9001 : 2000
b. Memahami tentang Sistem Manajemen Mutu.
c. Pemahaman dan Penyusunan Prosedur.
d. Pemahaman Proses Penerapan Sistem Manajemen Mutu.


2. Studi Banding.
Untuk lebih memahami tentang konsep SMM yang telah diperoleh dari pelatihan yang telah dilakukan, selanjutnya perlu dilakukan studi lapangan kebeberapa tempat ( sekolah ) yang telah melaksanakan SMM. Dalam kegiatan ini kita dapat memperoleh gambaran secara langsung tentang pelaksanaan SMM di Sekolah, baik dari segi dana maupun dari konsep sistem itu sendiri.
3. Pembentukan Steering Committee , Tim Pendukung dan Internal Audit.
Steering Committee adalah Komite yang di bentuk oleh pimpinan manajemen yang bertugas untuk mempersiapkan perencanaan dan pelaksanaan sistem Manajemen Mutu, sehingga dapat berjalan dengan baik. Dan Tim Pendukung adalah tim yang ditunjuk oleh pimpinan manajemen untuk membantu Steering Committee dalam pelaksanaan penerapan Sistem Manajemen Mutu. Sedangkan Internal Audit adalah Pihak yang melakukan pengawasan dan penilaian jalannya SMM yang ditunjuk oleh Pimpinan Manajemen dari lingkungan sekolah ( dapat diangkat dari guru guru senior ).
4. Penyusunan Sistem dan Dokumentasi
Kegiatannya meliputi :
a. Menetapkan Kebijakan dan Sasaran Mutu
b. Menetapkan dan menguraikan Prosedur Pelaksanaan Sistem dalam Sekolah
c. Menyusun Daftar Dokumen yang diperlukan sesuai dengan persyaratan ISO dan kebutuhan Sekolah
d. Menetapkan Prosedur yang diperlukan
e. Membuat Formulir dan Dokumen pendukung yang diperlukan
f. Membuat Manual ( Panduan ) Mutu, yang berisikan uraian SMM Sekolah yang dijalankan dan kesesuaiannya dengan persyaratan ISO



5. Penerapan Sistem Manajemen Mutu
Kegiatannya meliputi :
a. Launching Ceremony, dimana pimpinan manajemen mengadakan kegiatan peluncuran SMM, sebagai tanda peresmian penggunaannya
b. Mensosialisasi SMM kepada seluruh guru dan karyawan dengan memberikan penjelasan dan pelatihan mengenai kepedulian Mutu dan SMM yang ditetapkan
c. Penerbitan dan Distribusi Dokumen SMM secara resmi untuk digunakan pada tempat yang telah ditentukan.
6. Audit internal dan tinjauan manajemen
Selama dalam penerapan SMM perlu terus dilakukan pengawasan baik oleh SC maupun oleh pimpinan manajemen guna untuk memastikan pelaksanaannya. Dengan adanya pengawasan ini, maka pihak SC dan Manajemen dapat memberikan pengarahan dan bimbingan, memberikan motivasi, melakukan perbaikan sistem dan dokumen jika diperlukan, serta memberikan masukan untuk perbaikan.
Selanjutnya baru dilakukan Audit Internal oleh pihak yang telah ditujuk pimpinan manajemen untuk melakukan pemeriksaan. Sebelummya perlu ditentukan pihak mana yang ditunjuk sebagai Audit Internal , yang tentunya dari kalangan sekolah itu sendiri. Audit internal juga perlu mendapatkan pelatihan, sehingga benar benar mengetahui tentang apa yang harus dilakukannya.
Setelah dilakukan audit internal maka selanjutnya pihak manajemen melakukan peninjauan terhadap SMM yang sedang di laksanakan dan memberikan tindak lanjut akan pelaksanaan SMM itu sendiri, sehingga dapat dipersiapkan untuk dilaksanakannya Audit Eksternal.
7. Audit Eksternal
Kegiatannya meliputi :
a. Memeriksa kesiapan dan kesesuaian SMM sebelum dilakukan audit oleh Badan Sertifikasi
b. Membantu organisasi ( Sekolah ) menemukan penyimpangan dan kesempatan untuk meningkatkan/memperbaiki mutu
c. Membantu persiapan menghadapi Audit Sertifikasi.
8. Pemeliharaan Sistem
Setelah semua proses tersebut di atas dilaksanakan, sehingga adanya Dokumen SMM yang baku namun fleksibel, maka perlu dilakukan pemeliharaan didalam pelaksanaannya , agar tidak terdapat penyimpangan atau lari dari sistem dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pemeliharaan Sistem, perlu langkah langkah sebagai berikut :
a. Menjalankan Sistem Manajemen Mutu secara konsisten
b. Melakukan Internal Audit dan Tinjauan Manajemen secara periodic
c. Melakukan Peningkatan Mutu secara terus menerus.
E. Metode
Metode utama dalam kualitas sebenarnya tidak berubah sejak dikenalkan di Jepang tahun 1945 yaitu adalah siklus PDCA (Plan Do Check Action). Dalam mengoperasionalkan konsep ini, kita mengenal 2 jalur utama yaitu 7 Langkah Peningkatan Kualitas Berkesinambungan atau disingkat 7 Langkah saja dan Six Sigma. Kedua konsep ini memiliki ciri yang sama dengan kekuatan dan kelemahannya, ciri yang sama adalah penekanan kepada Plan dalam keduanya.
1. Tujuh langkah kualitas berkesinambungan (7 langkah) yaitu :
a. Topic Selection
b. Understanding the Problem
c. Plan Development
d. Root Cause Analysis
e. Implement Improvement
f. Confirm with Target
g. Standardized Results



2. Six Sigma
a. Define
b. Measure
c. Analyze
d. Improve
e. Improvement
f. Control
F. TQM
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus terhadap produk jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungannya. Berdasarkan TQM, tolok ukur keberhasilan usaha bertumpu pada kepuasan pelanggan (orang lain merasa puas) atas barang/jasa yang diterimanya. Oleh karena itu diperlukan kualitas SDM, kerangka berpikir jangka panjang (bukan hanya saat di dunia saja), kerja sama dan kebebasan yang terkendali. Hal ini sesuai dengan Falsafah Adat Alam Minangkabau yang berbunyi:
1. Bumi senang, padi menjadi Diri mendapat, orang tak kehilangan
Salah satu instrumen untuk melaksanakan TQM adalah patok duga (bench marking) atau proses perbandingan, pengukuran terus-menerus menyangkut barang/jasa yang dihasilkan; baik secara perseorangan ataupun secara organisasi, dengan produk dan jasa orang lain atau dengan organisasi sejenis yang terkait. Dalam bahasa Minang, instrumentasi patok duga disebut sebagai: "hidup takah urang". Takah Urang adalah perbandingan hidup untuk menjadi orang sebenarnya orang. Kalau "orang" diganti menjadi "organisasi" maka sebutannya diubah menjadi "takah organisasi orang lain yang lebih maju". Patok duga yang diambil haruslah yang sesuai dengan hukum alam, yaitu : "yang tua yang banyak pengalaman".


2. Lama hidup banyak dirasa (pengalaman) Jauh berjalan banyak dilihat
Yang akan dituju, patok duga, adalah hal-hal yang belum kita ketahui sama sekali laksana:
3. Rantau banyak nan bertuah, Lautan banyak yang sakti
Paradigma TQM TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya (Tjiptono & Diana 2001:4).
Tujuan utama TQM adalah untuk mereorientasi sistem manajemen, perilaku staf, fokus organisasi dan proses-proses pengadaan pelayanan sehingga lembaga penyedia pelayanan bisa berproduksi lebih baik, pelayanan yang lebih efektif yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan keperluan pelanggan
Manfaat utama penerapan TQM pada sektor publik adalah perbaikan pelayanan, pengurangan biaya dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai tambahan, manfaat lain yang bisa dilihat adalah peningkatan keahlian, semangat dan rasa percaya diri di kalangan staf pelayanan publik, perbaikan hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya, peningkatan akuntabilitas dan transparansi pemerintah serta peningkatan produktifitas dan efisiensi pelayanan publik (deliveri.com).
TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik sebagai berikut:
1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas.
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
4. Memiliki komitmen jangka panjang.
5. Membutuhkan kerjasama tim (teamwork).
6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan.
7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
8. Memberikan kebebasan yang terkendali.
9. Memiliki kesatuan tujuan.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (Tjiptono & Diana 2001:5).
Prinsip-prinsip yang mempedomani TQM mencakup:
1. Promosi lingkungan yang berfokus pada mutu,
2. Pengenalan kepuasan pelanggan sebagai indikator kunci pelayanan bermutu dan
3. Perubahan sistem, perilaku dan proses dalam rangka menjalankan perbaikan selangkah demi selangkah dan terus menerus terhadap barang dan pelayanan yang disediakan oleh sebuah organisasi.
Lingkungan yang berfokus pada mutu adalah sebuah organisasi dimana pengadaan pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan pelanggan dan dengan biaya terjangkau menjadi konsensus di kalangan anggota organisasi tersebut. Inti pendekatan semacam ini adalah tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan, yang dengan sendirinya menunjukkan efektifitas pelayanan.
Kunci untuk mengatasi tantangan tersebut di atas adalah mempromosikan perubahan pada sistem manajemen dan perilaku organisasi penyedia pelayanan. Hal ini mencakup membangun komitmen untuk perubahan, mempromosikan partisipasi semua pihak terkait dan memberdayakan tim kerja. Komitmen untuk merubah pendekatan organisasi dalam hal pengadaan pelayanan bermula dari tingkat manajer senior, tetapi perubahan itu sendiri dimanifestasikan oleh seluruh staf pada semua lapisan.
Agar TQM berhasil, maka baik klien maupun tim kerja harus menjadi mitra aktif dalam pengambangan pelayanan. Secara khusus, agar pelanggan puas maka staf harus memiliki keahlian yang dibutuhkan dan rasa memiliki terhadap pelayanan. Pegawai pada semua tingkatan harus bisa melatih keleluasaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik di dalam maupun di luar organisasi.
Di Indonesia, cakupan pengambilan keputusan pegawai negeri masih relatif kecil, karena mereka harus menunggu izin dari atasan mereka. Untuk berpindah dari lingkungan yang struktural dan hierarkis menuju ke pemberdayaan pegawai, perlu perubahan perilaku, ilmu dan pengetahuan baru yang cukup subtansial. Perubahan-perubahan struktural utama yang diperlukan untuk mendukung proses ini mencakup pengenalan dan penghargaan terhadap kreatifitas serta inovasi, pengenalan perbaikan yang progresif dan berlanjut serta mengadakan pelatihan untuk para staf secara terus menerus.
Urgensi pengadaan pelatihan dan pendidikan secara berkesinambungan tidak bisa dipandang remeh. Untuk mencipatakan tim kerja yang terberdayakan, maka semua orang dalam lingkungan TQM perlu mendapatkan kemampuan tambahan untuk mengembangkan proses dan kinerja. Pelatihan keahlian kerja yang spesifik harus disediakan dan diperbaharui terus menerus untuk merefleksikan proses yang telah berkembang.
Biasanya, tangapan awal terhadap TQM cukup positif, namun kerap hanya dalam bentuk dukungan verbal semata. Masalah mulai muncul ketika diperlukan dukungan aktif dari para manajer senior untuk menciptakan atmosfer yang kondusif, dimana staf bisa bereksperimen dan mempelajari pendekatan baru tanpa takut disalahkan, atau ketika terjadi tekanan untuk melaksanakan "proyek pesanan" (top-down).
Keadaan ini bisa menyempitkan ruang lingkup TQM dan membuatnya tidak bisa berjalan dalam jangka panjang. Dalam studi banding program TQM pada kantor-kantor Dinas diketahui bahwa tipe kepemimpinan sangat instrumental dalam menanggulangi masalah tersebut. Jika manajemen senior hanya memberikan dukungan verbal, maka staf akan merespon prinsip-prinsip TQM hanya di mulut saja. Sebaliknya, jika manajemen senior berpartispasi aktif dalam proses, maka akan terjadi perubahan kualitatif mengenai kinerja para staf (deliveri.com).


G. Audit
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

Dhamuz

LAGI OL D KAMPUZ NIEE.....SERU BANGETTT ,,,,,

Kamis, 24 Februari 2011

STATISTICAL PROGRAMFIR SOCIAL SCIENCES (SPSS)

STATISTICAL PROGRAMFIR SOCIAL SCIENCES
(SPSS)
Riabel Teori yang melandasi pemahaman SPSS
1. Variable
Variable di definisikan sebagai “something that may vary or differ” (brown. 1998:7) definisi lain yang lebih detil mengatakan bahwa variable “is simply symbol or concept that can assume any one of a set values” (davis,damus.1998:23)










2. Skala pengukuran (measure) dan Coding
a. Nominal
Ex: pria =1; wanita =2
b. Ordinal
Ex: setuju =3; netral=2; Tidak setuju=1
c. Interval
Ex: 3,5,7
d. Rasio
Ex: berat sebelum minum obat diet 70 kg dan berat sesudah minum obat 60 kg.
Notes: dalam SPSS interval dan rasio disebut scale (scaled values)
3. Tingkat kepercayaan (confidence interval)
Tingkat kepercayaan atau sering di sebut juga confidence interval atau risk level didasarkan pada gagasan yang berasal dari teorema batas sentral (sentral limit theorem). gasan pokok yang berasal dari teorema tersebut ialah apabila suatu populasi secara berulang ualang ditarik sampel, maka nilai rata-rata atribut yang diperoleh dari sampel-sampel, maka nilai rata-rata atribut yang diperoleh dari sampel tersebut sejajar dengan nilai populasi yang sebenarnya.
Ex: jika tingkat kepercayaan sebesar 95% dipilih, maka 95 dari 100% sampel akan mempunyai nilai populasi yang sebenarnya dalam jangkauan ketetapan sebagaimana sudah dispesifikan sebelumnya.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.A KHUSUSNYA Ny. S DENGAN TUBERCOLUSA PARU Di Rt 07/01 KELURAHAN KEBON PALA KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.A KHUSUSNYA Ny. S DENGAN TUBERCOLUSA PARU Di Rt 07/01 KELURAHAN KEBON PALA KECAMATAN MAKASAR
JAKARTA TIMUR

A. Pengkajian
1. Data Dasar Keluarga (KK)
Ny. S adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus merangkap sebagai kepala keluarga, dengan usia 53 tahun, pendidikan SD, agama islam, suku jawa, pekerjaan ibu rumah tangga, jl. Kamboja Rt 07/01
2. Susunan Keluarga
Ny. S selaku ibu rumah tangga dan sebagai kepala rumah tangga karena suaminya telah almarhum, Ny. S Mempunyai 2 orang anakyaitu Tn. A seorang laki – laki usia 29 tauhun, pendidikan SMA, dan pekerjaannya swasta, dan Tn. F seorang laki – laki, sebagai anak, usia 20 tahun, pendidikan SD dan seorang menantu yaitu Ny. S usia 25 tahun pendidikan SMA, sebagai ibu rumah tangga. Dan An. A usia 5 tahun sebagai anak.
3. Genogram





a. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. S adalah keluarga besar, karena tinggal dengan anak dan cucunya.
b. Pengambilan Keputusan
Ny. S mengatakan yang mengambil keputusan yaitu Ny. S sendiri karena suaminya sudah tidak ada, dan secara musyawarah.
c. Stress dan koping keluarga
1) Stersor jangka pendek dan jangka panjang
Stressor jangka pendek yang dirasakan Ny. S jika anaknya mengalami sakit, sama seperti penyakit Ny. S. sresor jangka panjang yang dirasakan dirasakan Ny. S yaitu masalah ekonomi yang kurang mencukupi.
2) Kemampuan keluarga merespon terhadap masalah
Ny. S menerima keadaan yang dialami setiap anggota keluarga, selalu berespon terhadap masalah yang datang dan mencari jalan keluar dengan musyawarah, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
3) Strategi koping yang digunakan
Apabila keluarga Ny. S mempunyai masalah selalu diselesaikan dengan anggota keluarga lain, yaitu anaknya, dalam diskusi keluarga selalu bersikap terbuka dan menerima masalah yang diberikan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga mengatakan jika ada masalah langsung segera diselesaikan dengan secepatnya.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Ny. S mengatakan dalam anggota keluarga pola komunikasi baik.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Ny. S mengatakan dalam struktur kekuatan keluarga yaitu saling melindungi dan saling menyayangi dengan sesama keluarga saat ditemui menerima kehadiran dengan baik.
c. Nilai dan Norma Budaya
Nilai budaya dalam keluarga adalah budaya jawa, keluarga menganggap pentingnya terhadap nilai – nilai tersebuut.
d. Struktur Peran
Ny. S sebagai ibu dan sekaligus kepala rumah tangga mendidik anaknya Tn. A dan Tn. F
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Didalam keluarga Ny. S menanamkan rasa saying kepada anak dan cucunya, mengajarkan agar saling menyayangi dan mendidik datu sama lain.


b. Fungsi Sosial
Ny. S mengatakan interaksi di masyarakat, keluarga, dan lingkungan berjalan dengan baik antara keluarga dan masyarakat saling rukun.
c. Fungsi Reproduksi
Ny. S mengatakan sudah cukup memiliki 2 orang anak.

B. Kebutuhan Dalam Hidup Sehari – hari
1. Kebutuhan Nutrisi
a. Komposisi jenis makanan
Ny. S mengatakan menyajikan makanan di masak sendiri dan dengan cara tertutup, frekuensi makan 3 x sehari, kebiasaan keluarga dalam mengolah air di masak, makanan pokok selalu ada, lauk pauk kadang – kadang, buah – buahan kadang – kadang dan susu kadang – kadang.
2. Kebutuhan Eliminasi
Pola BAB dan BAK dalam keluarga tidak tentu.
3. Kebutuhan istirahat dan tidur
Ny. S mangatakan mempunyai kebiasaan tidur bersama anaknya, lama tidur ± 7 jam, dari pukul 20.00 WIB – 05.00 WIB.
4. Rekreasi dan waktu senggang.
Ny. S mengatakan jika ada rezeki yang lebih selalu ketempat – tempat tertentu.
C. Faktor Budaya Sosial Ekonomi
1. Penghasilan dan Pengeluaran
Ny. S mengatakan penghasilan keluarga perbulan ± Rp 1.000.000 dan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sehari – hari. Ny. S tidak memiliki tabungan dan anaknya serta menantunya yang membantu keuangan tambahan, dalam pengelolaan keuangan yang mengolah keuangan yaitu Ny. S.
2. Pendidikan
Ny. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sedang mengikuti pendidikan di luar pendidikan formal, dan dalam anggota keluarga yang tidak bisa membaca tidak ada. Menurut Ny. S pendidikan itu sangat penting bagi anak – anak dan cucunya unruk masa depan mereka.
3. System Nilai
Ny. S mengatakan tidak ada nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan, karena kesehatan bagi keluarga Ny. S sangat penting.
4. Hubungan Dengan Masyarakat
Ny. S mengatakan ikut dalam organisasi kemasyarakatan khususnya dalam bidang kesehatan seperti pemberantasan sarang nyamuk, posyandu lansia, di dalam masyarakat tidak ada konflik keluarga.



D. Faktor Lingkungan
1. Perumahan
Bentuk rumah semi permanen dengan luas bangunan 7 x 3 m², status rumah milik anak dan menantunya, atap rumah genteng, ventilasi rumah ada, < 10 % dari luas lantai, cahaya dapat masuk rumah pada pagi hari, jenis penerangan listrik, jenis lantai rumah keramik, kondisi kebersihan rumah kurang rapi, frekuensi kebersihan rumah kurang rapi, frekuensi membersihkan rumah 2 – 3 x/minggu, factor penularan nyamuk, debu, tikus.
2. Denah Rumah









3. Pengolahan sampah
Keluarga Ny.S mempunyai tempat sampah di depan pintu rumah, dan biasanya di ambil petugas kebersihan.

4. Sumber Air
Keluarga Ny. S menggunakan air PAM untuk mencuci dan keperluan yang lainnya, dan air isi ulang unruk minum.
5. Jamban Keluarga
Keluarga mempunyai WC sendiri ysng berada di belakang rumah
6. Pembuangan air limbah
Keluarga memiliki pembuangan air limbah, pembuangan diselokan yang di gali di belakang rumah, kondisinya cukup bersih.
7. Fasilitas sasial dan kesehatan
Biasanya Ny. S mengatakan mengikuti kegiatan posyandu lansia.

E. Derajat Kesehatan Masalah Kesehatan Spesifik
1. Kejadian Kesakitan
Saat di lakukan pengkajian Ny. S mengatakan tidak ada yang sakit hanya sakit biasa saja, seperti pilek.
2. Kejadian Penyakit Kronis
Ny. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis.
3. Kejadian sakit 1 tahun terakhir
Ny. S mengatakan ada anggota keluarga yang mengalami sakit yaitu cucunya, penyakit tidak sampai kronis, hanya batuk pilek saja, setelah berobat ke puskesmas langsung sembuh, saat keluarga mengalami sakit di bawa ke puskesmas
4. Kejadian cacat dan kematian 1 tahun terakhir
Ny. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang cacat, dan tidak ada anggota keluarga yang meninggal 1 tahun terakhir.
F. Pemeriksaan status kesehatan fisik keluarga
1. Ny. S (53 Tahun)
Kulit kepala bersih, rambut hitam dan tidak ada lesi, bola mata baik tidak menggunakan kaca mata, hidung bersih tidak ada sekret dan ada batuk, telinga tidak sakit saat digerakkan kiri dan kanan, pendengaran berfungsi dengan baik, mulut tidak ada sariawan, tidak ada smtomatitis dan tidak ada gangguan menelan, leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Dada tidak nyeri, bunyi jantung teratur, menggunakan otot bantu nafas, batuk, suara nafas ronchi, abdomen tidak kembung, ekstermitas atas dan bawah tidak ada kelainan, fraktur tidak ada, kulit tidak kering dan tidak ada lesi, tidak mengeluh gatal, pola makan 2 x sehari, napsu makan baik, eliminasi BAK 3 sampai 4 x sehari, warna kuning, BAB 1 x sehari, TTV : TD : 150/90 mmHg, N : 90x/menit, S : 36˚C RR : 20 x/menit.
2. Ny. F (20 Tahun)
Kulit kepala bersih, rambut hitam dan tidak ada lesi, bola mata baik tidak menggunakan kaca mata, konjungtiva anemis, hidung bersih tidak ada sekret dan tidak batuk, telinga tidak sakit saat digerakkan kiri dan kanan, pendengaran berfungsi dengan baik, mulut tidak ada sariawan, tidak ada smtomatitis dan tidak ada gangguan menelan, leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Dada tidak nyeri, bunyi jantung teratur, menggunakan otot bantu nafas, abdomen tidak kembung, ekstermitas atas dan bawah tidak ada kelainan, fraktur tidak ada, kulit tidak kering dan tidak ada lesi, tidak mengeluh gatal, pola makan 2 x sehari, napsu makan baik, eliminasi BAK 4 sampai 6 x sehari, warna kuning, BAB 1 x sehari, TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36˚C RR : 20 x/menit.

G. Harapan Terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga.
Ny. S mengatakan dengan adanya perawatan, semoga dapat memahami perawatan tentang penyakit TB paru, mengetahui penyebab, tanda, gejala, dan pengobatannya secara teratur.

H. Fungsi Perawat Kesehatan (Penjajakan II )
1. Tubercolusis Paru
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Ny. S mengatakan penyakit Tubercolusis Paru adalah penyakit menular dan penyebabnya adalah kuman, tandanya batuk, sesak, pusing, dan nyeri dada.
b. Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan
Ny. S mengatakan biasanya penyakit TB Paru ditandai dengan batuk yang lama, dan keluar darah, dan akibat lanjutnya yaitu badan kurus, nafsu makan kurang, bila tidak di obati bisa membawa kematian, oleh karenanya keluarga segera memutuskan untuk berobat secara teratur ke Puskesmas.
c. Kemampuan Keluarga Untuk Memodifikasi Lingkungan
Ny. S mengatakan rumah selalu di usahakan ada penerangan matahari, supaya tidak lembab dengan cara jendela dibuka jika siang hari, dan keluarga mengatakan menggunakan atap genteng kaca.
d. Kemampuan Keluarga Menggunakan Fasilitas Kesehatan
Ny. S mengatakan melakukan kontrol ke Posyandu Lansia dan mengambil obat ke Puskesmas jika obat habis.



2. Hipertensi
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Ny. S mengatakan penyakit hipertensi adalah darah tinggi penyebabnya adalah stres, kurang istirahat dan makan asin. Tanda dan gejalanya yaitu kepala pusing,badan terasa pegal, nyeri di tengkuk, cepat marah.
b. Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan
Ny. S mengatakan sudah hamper 6 bulan menderita hipertensi, bila sedang kambuh, atau sedang pusingnya datang, keluarga segera memutuskan untuk berobat secara teratur ke Puskesmas.
c. Kemampuan Keluarga Untuk Memodifikasi Lingkung
Ny. S mengatakan lingkungan yang nyaman dan tidak berisik (sepi) cocok unruk penderita hipertensi, dan dapat di lihat dari rumahnya yang sepi karena tinggal sendiri.
d. Kemampuan Keluarga Menggunakan Fasilitas Kesehatan
Ny. S mengatakan melakukan kontrol ke Posyandu Lansia.dan Puskesmas.


A. ANALISA DATA

No Data Diagnosa Keperawatan
1 DS:
Ny. S mengatakan Tubercolusis Paru adalah penyakit menular.
Penyebabnya adalah kuman.
Tanda dan gejalanya batuk, sesak, pusing, dan nyeri dada.
Ny. S mengatakan biasanya penyakit TB Paru ditandai dengan batuk yang lama, dan keluar darah.
Ny. S mengatakan akibat lanjutnya yaitu badan kurus, nafsu makan kurang, bila tidak di obati bisa membawa kematian.
Ny. S mengatakan rumah selalu di usahakan ada penerangan matahari, supaya tidak lembab dengan cara jendela dibuka jika siang hari, dan keluarga mengatakan menggunakan atap genteng kaca.

Ny. S mengatakan melakukan kontrol ke Posyandu Lansia dan mengambil obat ke Puskesmas jika obat habis.
DO:
Rumah tampak gelap, keadaan rumah tampak lembab.
Lantai berdebu.
Ny. S batuk. Tidak efektifnya saluran pernapasan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan tubercolusis paru.
2 DS:
Ny. S mengatakan penyakit hipertensi adalah darah tinggi penyebabnya adalah stres, kurang istirahat dan makan asin. Tanda dan gejalanya yaitu kepala pusing,badan terasa pegal, nyeri di tengkuk, cepat marah.
Ny. S mengatakan sudah hamper 6 bulan menderita hipertensi,
Ny. S mengatakan lingkungan yang nyaman dan tidak berisik (sepi) cocok unruk penderita hipertensi,
Ny. S mengatakan melakukan kontrol ke Posyandu Lansia.dan Puskesmas.
DO:
Ny. S pusing
TTV:
TD : 150/90 mmHg, N : 90x/menit
RR : 20x/menit, S : 36˚C
Resiko tinggi penurunan curah jantung pada keluarga Tn. A khusunya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya saluran pernapasan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan tubercolusis paru.
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung pada keluarga Tn. A khusunya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan hipertensi.



C. Penapisan Masalah
a. Tidak efektifnya saluran pernapasan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan tubercolusis paru.
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah
Actual : 3 1 3/3x1 = 1 Ny. S mengatakan batuk, sesak, dan nyeri dada.
Ny. S mengatakan biasanya penyakit TB Paru ditandai dengan batuk yang lama, dan keluar darah
2. Kemungkinan masalah untuk di ubah.
Sebagian : 1 2 ½ x 2 = 1 Kemungkinan masalah untuk di ubah.
Sebagian, karena ada kemauan dari Ny. S memeriksa kesehatan minimal 1 bulan sekali, fasilitas kesehatan dapat di jangkau dengan ojek, namun keluarga kurang mengerti cara perawatan TB Paru
3. Potensial masalah untuk di cegah
Cukup : 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Ny. S mengatakan sudah 6 bulan lebih terkena penyakit Tubercolusi Paru.
4. Menonjolnya masalah segera di tangani : 2 1 2/2 x 1 = 1 Ny. S mengatakan merasa masalahnya segera di tangani dan harus segera di bawa ke Puskesmas / Rumah Sakit
Jumlah = 3 2/3

b. Resiko tinggi penurunan curah jantung pada keluarga Tn. A khusunya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah
Resiko : 2 1 2/3x1 = 2/3 Saat di lakukan pengkajian Ny. S mengatakan kepala pusing,badan terasa pegal, nyeri di tengkuk. TD : 150/90 mmHg

2. Kemungkinan masalah untuk di ubah.
Sebagian : 1 2 ½ x 2 = 1 Kemungkinan masalah untuk di ubah.
Sebagian, karena ada kemauan dari Ny. S memeriksa kesehatan minimal 1 bulan sekali,
3. Potensial masalah untuk di cegah
Cukup : 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Ny. S mengatakan sudah 6 bulan terkena penyakit hipertensi.
Fasilitas kesehatan dapat di jangkau dengan ojek.
4. Menonjolnya masalah segera di tangani : 2 1 2/2 x 1 = 1 Ny. S mengatakan merasa masalahnya segera di tangani dan harus segera di bawa ke Puskesmas / Rumah Sakit
Jumlah = 3 1/3


D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus kriteria Standar intervensi
1. Tidak efektifnya saluran pernapasan pada keluarga Tn. A khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan tubercolusis paru.
Setelah dilakukan 3 x pertemuan, bersihan jalan nafas efektif pada keluarga Tn. A Khususnya Ny. S 1. Setelah 1 x 30 menit keluarga mengenal masalah TB Paru pada anggota keluarga dengan cara
1.1 menyebut Pengertian TB Paru



1.2 menyebutkan penyebab TB Paru


1.3 Cara pencegahan TB Paru agar tidak menular pada orang lain.

Respon verbal


Respon Verbal


Respon Verbal


TB Paru adalah suatu penyakit menular di sebabkan oleh kuaman atau baksil TBC








Penyebab TB Paru adalah mycobakterium tubercolusis







Menyebutkan 3 dari 6 cara pencegahan TB Paru
a. Minum obat secara teratur
b. Menutup mulut sewaktu bersin / batuk.
c. Tidak meludah di sembarang tempat.
d. Meludah di tempat yang berisi air sabun, lesol/beklin
e. Jemur kasur 1 x seminggu
f. Buka jendela lebar-lebar agar udara dan sinar matahari masuk.








1.3.1 Jalin hubungan saling percaya dengan keluarga.
1.3.2 Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang pengertian TB Paru
1.3.3 Buat kontrak waktu untuk penyuluhan
1.3.4 Beri PenKes tentang pengertian TB Paru.
1.3.5 Evaluasi kembali pada keluarga tentang pengertian TB Paru.
1.3.6 Beri pujian atas jawaban yang tepat.

1.2.1 kaji ulang pengetahuan keluarga tentang penyebab TB Paru.
1.2.2 beri penyuluhan keluarga tentang TB Paru.
1.2.3evaluasi penjelasan yang diberikan.

1.3.1 kaji ulang pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan TB Paru
1.3.2 beri penyuluhan kepada keluarga tentang cara pencegahan TB Paru
1.3.3 evaluasi penjelasan yang di berikan.
1.3.4 beri reinforcement atas jawaban yang tepat.






















2. Setelah dilakukan 1 x 30 menit kunjungan, keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita TB Paru dengan cara :

2.1 menyebut
Kan cara yang ampuh menyembuhkan TB Paru, cara minum obat TB Paru, tempat memeriksa dan mengobati penyakit TB Paru.































2.2 memutus kan untuk merawat keluarga Tn.A khususnya Ny.S dengan masalah TB Paru.















Respon Verbal


























































Menyebut
Kan cara yang ampuh menyembuhkan TB Paru yaitu dengan minum oabat secara teratur sesuai anjuran, hingga dinyatakn sembuh.
Cara minum obat anti TB Paru yaitu:
a. Selama 2 bulan pertama di minum 3 tablet, sekaligus di minum tiap hari.
b. Pada 4 bulan berikutnya sekaligus di minum seminggu 3 kali.
c. Sebaiknya obat diminum sebelum makan pagi atau sebelum tidur malam.

















2.1.1 jelaskan pada keluarga cara yang ampuh menyembuhkan TB Paru dan cara minum obat anti TB Paru.
2.1.2 Motifasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara yang ampuh menyembukan TB Paru dan cara minum obat
2.1.3 Beri reinforcement atas jawaban yang tepat.
















2.2.1 diskusikan kembali dengan keluarga tentang keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan TB Paru.
2.2.2 Beri reinforcement atas keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TB Paru.
3. Setelah 1x 30 menit keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan TB Paru dengan cara
3.1 Menyebut kan cara pencegahannya









Menyebutkan 3 dari 6 cara pencegahan TB Paru
a. Minum obat secara teratur
b. Menutup mulut sewaktu bersin / batuk.
c. Tidak meludah di sembarang tempat.
d. Meludah di tempat yang berisi air sabun, lesol/beklin
e. Jemur kasur 1 x seminggu
Buka jendela lebar-lebar agar udara dan sinar matahari masuk.









3.1.1. diskusikan dengan keluarga tentang pencegahan TB Paru
3.1.2 motivasi keluarga untuk menyebutkan pencegahan TB Paru
3.1.3 beri reinforcement atas jawaban yang tepat.
4. Setelah 1 x 30 menit keluarga mampu memodifikasi lingkungan.

4.1 menyebutkan cara modifikasi lingkungan untuk mencegah TB Paru.

























4.2 Melakukan modifikasi yang tepat.
















Respon verbal
















































Respon verbal






Menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah TB Paru
a. Menjemur kasur 1 x seminggu
b. Pisahkan barang – barang yang dipakai klien seperti : gelas, piring, sendok dan lain-lain.
c. Ventilasi <10% dari luas lantai.
d. Lingkungan rumah secara keseluruhan bersih
e. Buka jendela lebar – lebar.








Pada kunjungan tidak terencana keluarga melakukan tindakan modifikasi lingkungan.






4.1.1 menjelaskan lingkungan yang dapat mencegah TB Paru.
4.1.2 Motivasi keluarga unruk mengulangi penjelasan yang diberikan
4.1.3 Beri reinforcement atas jawaban yang tepat.




















4.2.1 observasi lingkungan rumah pada kunjungan dengan terencana.
4.2.2 Diskusikan dengan keluarga hal positif yang sudah dilakukan keluarga.
4.2.3 Beri reinforcement positif atas upaya yang dilakukan.
Setelah 1 x 30 menit keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan cara:

5.1 menyebutkan kembali manfaat lingkungan ke fasilitas kesehatan











5.2 memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam merawat TB Paru.







Respon verbal




















Respon verbal










Menyebutkan 1 dari 2 manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan
1. mendapatkan pelayanan pengobatan TB Paru
2. mendapatkan pendidikan kesehatan tentang TB paru.



1. Keluarga membawa anggota keluarga dengan TB Paru apabila kodisi: sesak napas, nafas cepat, dan kondisi bertambah parah.
2. Adanya kartu berobat.








5.1.1 informasikan mengenai pengobatan dan pendidikan kesehatan yang dapat diperoleh keluarga diklinik atau balai pengobatan puskesmas.
5.1.2 motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil diskusi.
5.1.3 Beri reinforcement positif atas upaya yang dilakukan.


5.2.1 memotivasi keluarga untuk membawa Ny. S apabila kondisi tidak bisa ditangani di rumah.
5.2.2 Temani keluarga ke klinik / balai pengobatan bila diperlukan
5.2.3 Berikan reinforcement positif untuk hasil yang dicapai.


E. CATATAN KEPERAWATAN
No tanggal Pelaksanaan Evaluasi Paraf
1 Jumat, 11 februari 2011 a. Mewngkaji pengetahuan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit TB Paru (memberikan Pendidikan Kesehatan pada keluarga Ny.S tentang perawtan TB Paru.
Ro: keluarga memperhatikan
b. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyebab TB Paru
Ro: keluarga menyimak, dan menyebutkan penyebabnya kuman
c. Memberikan penyuluhan tentang cara pencegahan TB Paru
Ro: Keluarga berpartisipatif aktif dalam diskusi. S: Keluarga mengatakan pengertian TB Paru adalah penyakit menular, penyebabnya kuman, tanda dan gejalanya batuk berdahak, keluar darah, sesak, muntah, flue, demam, berat badan menurun, berkeringat malam hari, tidak nafsu makan, nyeri dada, cara pemeriksaan dahak, pagi, sore, malam. Cara minum obat”selam 2 bulan pertama 4 tablet diminum tiap hari’ diminumnya sebelum makan pagi, cara perawatannya “jika batuk tutup hidung,memisahkan alat-alat makan minum secara bersamaan. Membuang tampungan dahak ke WC atau di kubur, tidak meludah disembarang tempat, menjemur kasur 1 x seminggu, buka jendela lebar – lebar agar sinar matahari masuk, Ny. S mengatakan atap rumah di beri genteng kaca. Ny. S mengatakan tempat unruk memeriksa dan mengobati penyakit TB Paru yaitu ke puskesmas, dokter, dan jika ada yang sakit langsung dibawa ke puskesmas atau dokter.



O: Ny.S dan Ny. F menyimak saat dijelaskan dan mendengarkan saat diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan TB Paru, Ny. S menyebutkan pengertian TB P aru, tanda dan gejala, penyebabnya, menyebutkan cara pemeriksaan dahak, dan menyebutkan cara perawatan TB Paru.

A: Keluarga mampu mengenal masalah Tubercolusis Paru

P: Lanjutkan TUK II
Setelah 1 x 30 menit kunjungan, keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita TB Paru.

Sabtu, 12 Februari 2011

LAPORAN KEL. XII DI KELURAHAN KEBON PALA

LAPORAN KASUS KELOMPOK XII
Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. W Khususnya An. L Dengan Tubercolusis Paru di Puskesmas Kebon Pala

A. Struktur dan Sifat Keluarga
1. Kepala Keluarga (KK)
a) Nama Kepala Keluarga : Tn. W
b) Usia : 56 tahun
c) Pendidikan : SMP
d) Agama : Islama
e) Suku : Jawa
f) Pekerjaan : Karyawan
g) Alamat / No. Telp : Rt 13/09 Kel. Kebon Pala /80871044

2. Susunan Keluarga
No Nama kelamin Hub. Dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Wardiman L Suami 56 SMP Karyawan
2 Sukarmi P Istri 46 SMA IRT
3 Andri L Anak 22 SMA Karyawan
4 Dewi irawati P Anak 20 SMA Karyawan
5 Lisa anggraini P Anak 17 SMA Sekolah
6 Doni irawan L Anak 8 SD Sekolah

Keterangan :
Umur : 0-1, 2-3, 3-5, 6-12, 13-18, 19-35, 36-49, 50-59, 60 ke atas
Pendidikan : PT, D III, SLTA, SD, Bisa Baca, Buta Huruf, Belum Sekolah.
Pekerjaan : ABRI, PNS, Petani, Buruh, Wiraswasta, Karyawan, Nelayan, Pensiun
3. Genogram
a) Tipe Keluarga.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh kelompok tipe keluarga pada keluarga Tn.W adalah keluarga inti.
b) Pengambilan Keputusan.
1. Pola Pengambilan Keputusan.
Pola pengambilan keputusan didalam keluarga Tn.W yaitu dengan musyawarah.
2. Siapakah pengambilan keputusan dalam keluarga.
Didalam keluarga Tn.W, yang mengambil keputusan adalah Tn.W ( Ayah ).
c) Stres dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang :
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah / stress
3. Strategi koping yang di gunakan.
4. Strategi adaptasi disfungsional :
d) Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga :
Keluarga Tn.W berkomunikasi dengan baik.
2. Strukrur kekuatan keluarga :
Struktur kekuatan keluarga pada Tn.W adalah saling melindungi dan menyayangi dengan sesama, keluarga saat ditemui kelompok, keluarga menerima kehadiran dengan baik.
3. Struktur peran :
Struktur peran keluarga Tn.W yaitu Tn.W sebagai kepala keluarga, Ny.S sebagai istri dan Nn.L.A sebagi anak/pasien.
4. Nilai dan Norma Budaya :
Nilai dan norma budaya keluarga Tn.W adalah memegang teguh pada adat istiadat dudaya Jawa.
e) Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Reproduksi
B. Kebutuhan Dalam Hidup Sehari–hari
1. Kebutuhan Nutrisi
a) Komposisi jenis makanan
komposisi Ketersediaan
Selalu ada Kadang-kadang Tidak pernah
a. Makanan pokok ya - -
b. Lauk pauk
- protein hewani - Ya -
- protein nabati ya - -
c. Sayuran ya - -
d. Buah-buahan - Ya -
e. Susu - Ya -


b) Pengadaan makanan keluarga sehari – hari.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh kelompok,keluarga Tn.w memasak sendiri.
c) Cara penyajian makanan dalam keluarga.
Cara penyajian makan keluarga Tn.W yaitu tertutup.
d) Penyajian menu makan dalam keluarga.
Penyajian menu makanan keluarga Tn.W baik. Yaitu dengan menyajikannya di mejamakan dan sama- sama dalam keadan masih hangat.
e) Frekuensi makanan sehari – hari.
Frekuensi makanan sehari – hari keluarga Tn.W tiga kali sehari.
f) Kebiasaan keluarga dalam mengolah air minim.
Kebiasaan keluarga dalam mengolah air minim yaitu dengan dimasak.
g) Kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan.
Kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan yaitu dicuci terlebih dahulu baru dipotong
h) Kebiasaan makan dalam keluaga.
Kebiasaan makan dalam keluaga yaitu keluarga makan dengan bersama p- sama di meja makan.
2. Kebutuhan Eliminasi
a) Pola BAK
Pola BAK klien normal
b) Pola BAB
Pola BAB klien normal
3. Kebutuhan istirahat tidur.
Didalam setiap anggota keluarga, masing – masing mempunyai kebiasan tidur pada malam hari jam 21:00 wib dan bangun di pagi hari pada jam 05:00 wib.
4. Rekreasi dan Waktu Senggang
Keluarga klien jarang memiliki waktu senggang, karena memiliki warung dan tempat terapi di rumahnya.
C. Faktor Sosial Budaya Ekonomi
1. Penghasilan dan Pengeluaran
Dari hasil pengkajin yang dilakukan oleh kelompok:
pendapatan keluarga Tn.W perbulan kurang lebih antara Rp.600.000,00 – Rp.1.000.000,00. Penghasilan keluarga Tn.w dapat memenuhi kebutuhan sehari – harinya, klien mempunyai tabungan, yang mengelola keuangan dalam keluarga Tn.W adalah Istri/ Ny.S.


2. Pendidikan
a) Adakah anggota keluarga yang sedang mengikutinpendidikan di luar pendidikan formal? Saat dilakukan pengkajian keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sedang mengikuti pendidikan formal.
b) Adakah anggota keluarga yang tidak bisa membaca? Saat wawancara keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya bisa membaca semua
c) Bagaimana pandangan keluarga terhadap pendidikan anggota keluarga? Saat wawancara keluarga klien mengatakan bahwa pendidikan sangat penting bagi keluarganya karna buat masadepan yang lebih baik.
3. Sistem nilai
a) Adakah nilai-nilai tertentu yang dianut keluarga yang bertentangan dengan kesehatan? Keluarga mengatakan tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan.
b) Bagaimana persepsi keluarga terhadap kesehatan? Keluarga mengatakan kesehatan sangat penting karna sehat itu mahal.
4. Hubungan dengan masyarakat
a) Apakah anggota keluarga ikut dalam organisasi kemasyarakatan, khususnya dalam bidang kesehatan? Keluarga mengatakan mengikuti kegiatan organisasi kesehatan dalam masyarakat yaitu mengikuti PSN (Pemberatasan sarang nyamuk) dan gotong royong dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah.
b) Apakah keluarga cukup berpengaruh di masyarakat? Saat wawancara kepala rumah tangganya adalah seorang ketua RT jadi keluarga klien sangat berperan dalam masyarakat.
c) Adakah konflik keluarga di masyarakat? Saat wawancara keluarga mengatakan tidak ada konflik di masyarakat.
D. Faktor Lingkungan
1. Perumahan
a) Jenis rumah
Rumah yang digunakan keluarga adalahjenis permanen.
b) Luas bangunan
Luas bangunan rumah 80 M2
c) Luas pekarangan
Luas perkarangan rumah 6 M2
d) Status rumah
Rumah yang digunakan keluarga adalah rumah pribadi
e) Atap rumah
Atap rumah keluaga adalah menggunakan genteng
f) Ventilasi rumah
Saat mengobserfasi rumah keluarga terdapat ventilasi rumah
g) Bila ada berapa luaasnya
> 10 % luas lantai
h) Apakah cahaya dapat masuk rumah pada siang hari
Cahaya matahari dapat masuk pada siang hari
i) Penerangan
Penerangan dalam rumah klien menggunakan listrik
j) Lantai
Lantai rumah klien menggunakan keramik
k) Bagaimana kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan
Saat kunjungan dirumah klien kondisi rumah klien terlihat bersih dan rapi
l) Vaktor penularan penyakit
Vaktor penularan di rumah klien adalah disebabkan olen nyamuk dan debu


2. Denah rumah




3. Pengolaha sampah
a) Apakah keluarga memiliki tempat sampah
Saat kunjungan di rumah klien terdapat tempat sampah yang diletakan di teras rumah dan dapur rumah
b) Bagaimana pengolahan sampah rumah tangga
Pengolahan sampah dalam keluarga klien adalah diambil petugas kebersihan
4. Sumber air
a) Sumber air yang digunakan oleh keluarga
Sumber air yang digunakan dalam keluarga adalah pompa listrik
b) Sumber air minum yang digunakan oleh keluarga
Sumber air minum yang digunakan keluarga adalah air isi ulang
5. Jamban Kluarga
a) Apakah keluarga mempunyai W.C sendiri
Keluarga memiliki W.C sendiri didalam rumah
b) Bila ya apa jenis jamban keluarga
Jenis jamban keluarga yang digunakan adalah jenis leher angsa
c) Berapa jarak sumber air dengan tempat penampungan tinja
Jarak sumber air dengan penampungan tinja > 10M
6. Pembuangan Air Limbah
Saat kunjungan di rumah keluarga terdapat saluran pembuangan air limbah dan tertutup
7. Fasilitas social dan fasilitas kesehatan
a) Adakah perkumpulan social dalam kegiatan dimasyarakat setempat?
Dalam lingkungan sekitar rumah klien terdapat perkumpulan yaitu posyandu lansia, baliat, PSN
b) Adakah fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat?
Keluarga mengatakan ada fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, keluarga menyebutkan yaitu posyandu lansia, dan Posyandu Balita.


c) Apakah keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut?
Keluarga memanfaatkan fasilitas yang ada dalam masyarakat dengan baik.
d) Adakah fasilitas kesehatann yang ada dapat terjagkau oleh keluarga dalam kendaraan umum?
Keluarga menggunakan kendaraan pribadi (motor) jika ingin mengunjungi balai kesehatan (puskesmas)
E. Derajat Kesehatan Masalah Kesehatan Spesifik
1. Kejadian Kesakitan
1.1. Kejadian kesakitan saat ini
Saat wawancara dengan keluarga klien tidak ada anggota keluarga yang sedang sakit
1.2. Kejadian penyakit kronis
Saat wawancara dengan keluarga klien mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit kronis
1.3. Kejadian sakit 1 tahun terahir
Saat wawancara tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit 1 tahun terahir
2. Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit
Saat melakukan wawancara, keluarga klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas terdekat untuk diperiksa lebih lanjut, klien tidak mau sembarangan minum obat karna takut terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.


3. Kejadian cacat
Saat wawancara keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami cacat
5. Kejadian kematian dalam 1 tahun terahir
Kluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal dalam 1 tahun terahir.
F. Masalah Kesehatan Spesifik
1. Keluarga Berencana
Saat dilakukan wawancara keluarga klien mengatakan tidak menggunakan KB (bapak/ibu), alasanya karna sudah tua.
2. Kesehatan ibu dan anask
Saat berkunjung dirumah klien tidak ada anggota keluarga yang sedang hamil
3. Ibu post partum
Saat wawancara dengan keluarga klien tidak ada anggota keluarga yang sedang post partum
4. Ibu menyusui
Saat melakukan pengkajian klien mengatakan tidak ada amggota keluarga yang sedang menyusui
5. Bayi dan balita
Saat wawancara Tn. W mengatakan tidak memilika bayi ataupun balita dalam keluarganya.
6. Remaja
Tn. W mengatakan mempunyai 2 anak remaja yang bernama Nn. L berusia 17 th (wanita), dan Nn. D 20 th (wanita). Nn. L dalam kondisi kurang sehat masih dalam masa pengobatan dengan kasus TBC, waktu senggang yang digunakan Nn. L adalah belajar dan istirahat, pendidikan Nn. L sekarang adalah SMA kls 2, kegiatan yang diikuti oleh Nn. L adalah OSISI, dan Nn D dalam keadaan sehat, waktu senggang yang digunakan Nn. D adalah istirahat.

7. Usia lanjut
7.1. Apakah ada anggota keluarga yang berusia >60 tahun
7.2. Apakah anggota keluarga tersebut dalam kondisi sehat
7.3. Bila tidak, apakah keluhan yang dialami
7.4. Apakah usila dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
7.5. Apakah mengikuti program pembinaa usila di puskesmas
7.6. Jika ya, program apa yang di ikutinya?
7.7. Jika tidak alasan nya?
7.8. Apakah usila mengikuti kegiatan sosial dilingkungan nya?
7.9. Apakah ada penyakit degeneratif yang dialami oleh usila saat ini.
































G. Pemeriksaan Status Kesehatan Fisik Keluarga
(untuk setiap anggota keluarga)

1. Identitas Anggota Keluarga
a. Nama : Tn. Wardiman
b. Umur : 56 Th
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Karyawan
e. Tinggi Badan : 165 cm
f. Berat Badan : 61 kg
a. Nama : Ny. Sukarni
b. Umur : 46 Th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Tinggi Badan : 156 cm
f. Berat Badan : 44 kg

a. Nama : Andri
b. Umur : 22 Th
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Karyawan swasta
e. Tinggi Badan :168 cm
f. Berat Badan : 58 kg

a. Nama : Dwi irawati
b. Umur : 21 Th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : karyawan swasta
e. Tinggi Badan : 160 cm
f. Berat Badan : 53 kg

a. Nama : Lisa Angraini (Pasien)
b. Umur : 17 Th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Pelajar SMA
e. Tinggi Badan : 162 cm
f. Berat Badan : 47 kg

a. Nama : Dono irawan
b. Umur : 8 Th
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Pelajar SD
e. Tinggi Badan : 56 cm
f. Berat Badan : 20 kg

2. Keluhan utama terkait dengan masalah kesehatan

3. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 80/40 mmHg
b. Denyut Nadi : 82 x/menit
c. Suhu Tubuh : 36˚ c
d. Kesadaran : Compos mentis

4. Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi

H. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
I. Fungsi Perawatan Kesehatan (penjajakan tahap II)
J. Analisa Data.
DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS: Nn. L mengatakan tidak tahu tentang apa itu penyebab TB Paru.
Nn. L mengatakan tidak tahu tentang Pencegahan penyakit TB Paru.


DO: Nn. L menjawab tidak Tahu tentang penyebab TB Paru,
Nn. L menjawab tidak tahu tentang Pencegahan TB Paru,
Nn. L tampak bingung saat ditanya.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota dengan Tubercolusi Paru.
DS:

DO:
DS:

DO:

Penapisan Masalah
1. Diagnosa Keperawatan:………
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat Masalah
1
2. Kemungkinan masalah untuk diubah:
2
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
4. Menonjolnya masalah:
1


Daftar diagnose Keperawatan berdasarkan prioritas :
1. …………………., Skor : ……
2. …………………., Skor :
3. Dst.

Selasa, 08 Februari 2011

TB PARU DAMUZ AKPER ROYHAN

Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis Paru – Definisi. Tuberkulosis adalah suatu infeksi bakterikronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Dan ditandai adanyapembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi akibat reaksi hipersensitifitas yang diperantai oleh sel(Bahar, 2001).Patogenesis. Infeksi authority terjadi setelah seseorang menghirup Myobacterium tuberculosis. Setelah melalui bariermukosilier saluran napas, kuman TB akan mencapai alveoli. Kuman akan mengalami multiplikasi di paru,yang disebut sebagai concentration Gohn. Melalui aliran limfe,kuman TB akan mencapai kelenjar limfe hilus. FokusGohn dan limfadenopati hilus membentuk kompleksprimer TB. Melalui kompleks primer, kuman TB akanmenyebar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh.

Respon tubuh terhadap infeksi kuman TB berupa responimun seluler hipersensitifitas tipe lambat yang terjadi 4-6minggu setelah terinfeksi. Banyaknya kuman TB serta kemampuan daya tahan horde menentukan perjalananpenyakit selanjutnya. Pada sebagian besar kasus, respon imun tubuh dapat menghentikan multiplikasi kuman,sebagian kecil kuman dorman. Pada penderita dengan daya tahan tubuh buruk, respon imun tidak dapat menghentikan multiplikasi kuman sehingga horde akan sakit beberapa bulan kemudian. Berdasar penularannya maka tuberkulosis dapat dibagi dalam 3 bentuk, yaitu:Tuberkulosis primer. Terdapat pada anak-anak.Setelah 6-8 minggu akan mulai terbentuk mekanisme imunitas dalam tubuh, sehingga exam tuberkulin akan positif. Pada pasien ini akan terbentuk kompleks authority TB dan selanjutnya dapat menyebar secara hematogen ke apeks paru yang kaya oksigen.Reaktifasi dari tuberkulosis primer. Infeksi TB authority akan mengalami reaktifasi terutama pada 2tahun post infeksi authority maka keadaan ini disebut sebagai tuberkulosis postprimer. Kuman akan disebarkan secara hematogen ke segmen apikalposterior. Reaktifasi dapat kjuga terjadi melaluimetastase hematogen ke berbagai jaringan tubuh. Reinfeksi. Keadaan ini terjadi pada saat adanya penurunan imunitas tubuh atau terjadi penularan secara terus-menerus oleh kuman TB dalam satukeluarga.Klasifikasi. Klasifikasi TB menurut WHO adalah berdasarkan terapi, yaitu :
Kategori I. Kasus baru dengan sputum positif ataukasus baru dengan bentuk TB berat.
Kategori II. Kasus kambuh atau kasus gagal dengansputum BTA positif.
Kategori III. Kasus BTA negatif dengan kelainanparu yang tidak luas atau kasus TB ekstraparu selaindari yang disebut pada kategori I.
Kategori IV. TB kronik.Manifestasi Klinis. Keluhan yang dirasakan oleh pasienTB dapat bervariasi atau terkadang ditemukan banyak pasien dengan TB paru tanpa keluhan sama sekali.Keluhan yang biasa ditemukan pada pasien dengan TBparu adalah diantaranya demam, batuk dengan atau tanpa darah, sesak napas, nyeri dada, malaise.Demam pada pasien dengan TB paru biasanya subfebristetapi kadang dapat mencapai 40-410 C. Demam ini biasanya hilang timbul sehingga pasien merasa tidak pernah bebas dari serangan demam. Keadaan iniberhubungan dengan daya tahan tubuh pasien serta beratringannya infeksi kuman TB yang masuk.Gejala batuk pada pasien dengan TB banyak ditemukan.

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yaitu setelah setelah berminggu-minggu atau berbulan-bilan peradangan dimulai. Sifat batuk dapat dimulai dari batuk kering dan setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif yang menghasilkan sputum. Keadaan lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapatnya pembuluh adrah yang pecah. Batuk darah kebanyakan timbul akibat kavitasi namun dapat pula terjadi pada ulkus dinding bronkus.Sesak napas pada penyakit ringan belum akan dirasakan.Sesak napas akan ditemukan pada penyakit paru yang sudah lanjut, yang infiltrasinya meliputi setengah bagianparu. Nyeri dada agak jarang ditemukan. Timbul biasanyabila infiltrasi radang sudah mencapai pleura sehingga terjadi pleuritis.Penyakit TB merupakan penyakit radang yang menahun sehingga gejala sadness sering ditemukan yang dapat berupa anorexia (tidak nafsu makan), berat badan yang menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala sadness semakin lama semakin berat danterjadi hilang timbul secara tidak teratur.Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtivamata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu tubuh yang subfebris, badan kurus atau berat badan menurun.Pemeriksaan fisik sering tidak diperoleh hasil yangmemuaskan terutama apabila sarang penyakit terletak didalam akan sulit dinilai secara palpasi, perkusi danauskultasi. Tempat kelainan lesi TB paru yang pale dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai adanya infiltrat agak luas mungkin ditemukan perkusi yangredup dan auskultasi suara bronkhial dan suara tambahan ronkhi basah kasar yang nyaring. Namun bila infiltrat diliputi penebalan pleura, suara tambahan menjadi vesikular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, pada perkusi akan diperoleh hasil hipersonor atau timpani dan suara auskultasi amforik.Pada TB paru lanjut dengan fibrosis luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot interkostal.

Bagian paru yang sakit menciut dan menarik isi media stinumatau paru yang lain. Paru yang sehat jadi hiperinflasi.Keadaan lanjut TB paru dapat meningkatkan tekananarteri pulmonalis (hipertensi pulmonalis) yang diikutiterjadinya kor pulmonale dan gagal jantung kanansehingga akan dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea,takikardi, sianosis, right ventrikular lift, right artikulargallop, whimper Graham Steel, bunyi P2 yang mengeras,tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali,ascites dan edem.

Minggu, 06 Februari 2011

HEPATITIS

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Hepatitis adalah Peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel.
(Charles J. Reeves, 2001 )
Hepatitis adalah Penyakit yang disebabkan oleh virus, bersifat akut, terutama ditularkan secara parenteral tetapi juga dapat secara oral, melalui hubungan yang antara penderita dengan orang lain, dan dari ibu ke bayi nya.
( Kamus Saku Keperawatan edisi 31 )
Hepatitis adalah infeksi sistematis oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kesimpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas.
(Elisabeth J. Corwin, 2001 )
Kesimpulan :
Hepatitis adalah Penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat menular ke orang lain, yang bersifat akut dan kronik.


B. Patofisiologi
1. Etiologi
Ada 5 jenis virus penyebab hepatitis :
a. Virus hepatitis A(HAV:hepatitis infeksi)
HAV Disebabkan kontaminasi fecal oral,yang umumnya melalui cairan dan menekan yang terkontaminasi.agen pembawa sangat menular sebelum kemunculan tanda dan gejala,khususnya penyakit kuning.individu yang pindah ke daerah beresiko tinggi harus diimunisasi.
b. Virus hepatitis B(HBV:serum hepatitis)
HBV Disebarkan melalui suntikan “percutaneous inoculation”yang disebabkan instumen atau jarum yang terkontaminasi,kontak dengan cairan tubuh yang terkontaminasi hepatitis B misalnya selama kontak seksual dan lintas tranmisi virus antara banyi dan ibu yang terjadi di rahim,pada kelahiran,selama periode pasca kelahiran.
Satu satunya harapan nyata melawan epidemik melalui imunisasi.
c. Virus hepatitis C(HCV:non A,non B)
HCV disebarkan melalui perenteral khususnya tranfusi darah yang terkontaminasi. para pecandu obat obatan yang mengunakan jarum terkontaminasi,dan melalui kontak dengan cairan tubuh misalnya kontak seksual.
d. Virus hepatitis D(HDV:delta hepatitis)
HDV diesbarkan dengan cara sama seperti HBV dan terikat dengan infeksi.
e. Virus hepatitis E(HEV)
HEV terjadi melalui tramisi oral fecal
2. Proses Perjalanan Penyakit
Kontak caiaran tubuh kontaminasi feses konsumsi alkohol

Virus hepatitis(A.B.C.D.E)
Menyerang hati
Terjadi peradangan dan ingiltrasi pada sel sel parenkim hati
Terjadi pembengkakan dan memblokir sistem aliran empedu
Aliran empedu akan diserap kembali kedalam darah & dibawa tubuh yang mengakibatkan ikterik









Virus hepatitis yang disebabkan oleh kontak cairan tubuh(darah, keringat),kontaminasi feses atau urine dan komsumsi alkohol masuk melalui aliran darah kemudian menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hypatocytes oleh sel mononukleus.proses ini dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel parenkim hati.respon peradangan menyebabkan pembengkakan dan memblokir sistem drainase hati sehingga terjadi destruksi pada sel hati.keadaan ini menjakan statis empedu bahkan kedalam usus,sehingga meningkat kedalam darah yang disebut hiperbilirubinea,dan meningkat didalam urin yang disebut urobilibogeb serta meningkat pada kulit yang disebut hepatocelluler joundice.
3. Manifestasi klinis
Dibagi dalam 3 stadium:
a. Stadium pra ikterik
Berlangsung selama 4-7 hari pasien mengeluh sakit kepala, emas, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, nyeri diperut kanan atas, dan urine lebih menjadi coklat.
b. Stadium ikterik
Berlangsung selama 3-6 minggu. ikterik mula mula terlihat pada klera.kemudian pada kulit, seluruh tubuh, keluhan keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemas, anoreksia dan muntah.
c. Stadium pasca ikterik
Ikterik mereda,warna usus dan tinja menjadi normal lagi.


4. Komplikasi
a) Hepatitis kronik yang menetap.
b) Hepatitis kronis yang aktif(serosis hepatis).
c) Karsinoma hepatis.
d) Kematian karena gagal fungsi.

C. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes fungsi hati
Abnormal ( 4 – 10 X dari normal ), catatan : merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dari non-virus
 AST ( SGOT ) / ALT ( SGPT )
Awalnya meningkat, dapat meningkat 1 – 2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
 Darah lengkap
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM ( gangguan enzim hati ) atau mengakibatkan perdarahan
 Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada ( splenomegali )
 Diferensial darah lengkap
Luekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.

 Alkali Fosfatase
Agak meningkat ( kecuali ada kolestasis berat )
 Feses
Warna tanah liat, steatorea ( penurunan fungsi hati )
 Albumin serum
Menurun
 Gula darah
Hiperglikemia transien / hipoglikemia ( gangguan fungsi hati )
 Anti – HAVIgM
Positif pada type A
 HbsAG
Dapat positif ( type B ) atau negative ( type A ), catatan : merupakan diagnostic sebelum terjadi gejala klinik
 Masa protrombin
Mungkin memanjang ( disfungsi hati )
 Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg / 100 ml ( bila diatas 200 mg / ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler )
 Tes ekskresi BSP
Kadar darah meningkat
 Biopsi hati
Menunjukan diagnosis dan luasnya nekrosis
 Skan hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim
 Urinalisa
Peninggian kadar bilirubin : protein / hematuria dapat terjadi
b. Farmakoterapi
1. Berikan faksin hepatitis
2. Obat antiemetic golongan metoklopramid
3. Berikan vitamin K bila terdapat pemanjangan masa protromlan
2. Keperawatan
a. Pembatasan aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif
b. Perbaikan hygiene makanan dan minuman
c. Perbaikan hygiene sanitasi lingkungan dan pribadi
d. Isolasi pasien
D. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise umum.
2. Sirkulasi
Tanda : bradikardia ( hiperbilirubinemia berat )
Ikterik pada sclera, kulit, membrane mukosa.
3. Eliminasi
Gejala : Urine gelap
Diare konstipasi, feses warna tanah liat
Adanya / berulangnya hemodialisa
4. Makanan dan cairan
Gejala : Hilang nafsu makan ( anoreksia ), penurunan berat
badan atau meningkat ( edema ), mual, muntah
Tanda : Asites
5. Neurosensori
Tanda : Peka ransang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
Mialgia, artalgia, sakit kepala
Gatal ( pruritus )
Tanda : Otot tegang, gelisah
7. Pernapasan
Gejala : Tidak minat/enggan merokok ( perokok )
8. Keamanan
Gejala : Adanya transfuse darah/produk darah
Tanda : Demam.
Urtikaria, lesi makulopapular, eritema tak beraturan.
Eksaserbasi, jerawat.
Angioma jarring-jaring, eritema palmar, ginekomastia ( kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik ).
Splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.

9. Seksualitas
Gejala : Pola hidup/perilaku meningkat resik terpajan ( contoh homoseksual aktif/beseksual pada wanita )
10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri
atau toksin ( makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah atau darah ); pembawa ( simtomatik atau asimtomatik ); adanya prosedur bedah dengan anastesia haloten; terpajan pada kimia toksin ( contoh karbon tetraklorida. Vinil klorida ); obat resep ( contoh sulfonamide,fenotiasid, isoniazid ).
Perjalanan/migrant dari cina, afrika, asia tenggara, timur tengah ( hepatitis B ( HB ) endemic diarea ini ).
Obat jalanan ( IV ) atau penggunanan alcohol
Diabetes, GIK, atau penyakit ginjal.
Adanya infeksi seperti flu pada pernapasan atas.
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat :
6,7 hari
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
tugas pemeliharaan dan pengaturan rumah.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d
 Kelemahan umum : penurunan kekuatan / ketahanan ; nyeri
 Mengalami keterbatasan aktivitas ; depresi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
 Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic : anoreksia, mual / muntah
 Gangguan absorbsi dan metabolism pencernaan makanan : penurunan peristaltic ( reflex visceral ), empedu tertahan.
 Peningkatan kebutuhan kalori / status hipermetabolik
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d
 Kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga ( asites )
 Gangguan proses pembekuan
4. Harga diri rendah situasional b.d
 Gejala jengkel / marah, terkurung / isolasi, sakit lama / periode penyembuhan
5. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d
 Pertahanan primer tidak adekuat ( contoh leucopenia, penekanan respons inflamasi ) dan depresi imun
 Malnutrisi
 Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada pathogen
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit / jaringan b.d
 Zat kimia ; akumulasi garam empedu dalam jaringan
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
 Kurang terpajan / mengingat : salah interpretasi informasi.
 Tidak mengenal sumber informasi

F. Perencanaan.
1. Intoleransi aktivitas b.d
 Kelemahan umum / penurunan kekuatan/ketahanan; nyeri
 Mengalami keterbatasan aktivitas; depresi
Mandiri:
 Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai keperluan.
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
Menyediakan energy yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah kekaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati.
 Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatankulit yang baik.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernapasan dan
meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan

 Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa
gangguan.
 Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
 Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan
energy, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.
 Awasi terulangnya anoreksia dan nyerri tekan pembesaran hati.
Rasional : Menunjukan kurangnya resolusi/eksaserbasi
penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
Kolaborasi :
 Berikan antidote atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi ( contoh lavase, katarsis, hiperventilasi ) tergantung pada pemajanan.
Rasional : Membuang agen penyebab pada hepatitis toksik
dapat membatasi derajat kerusakan jaringan.
 Berikan obat sesuai indikasi: sedative, agen antiansietas, contoh diazepam ( valium ); lorazepam ( antivan ).
Rasional : Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.
Catatan : penggunanan barbiturate dan tranquilizer seperti compazine dan thorazine, dikontraindikasi sehubungan dengan efek hepatotoksik.
 Awasi kadar enzim hati
Rasional : Membantu menentukan kadar aktivitas tepat,
sebagai peningkatan premature pada potensial resiko berulang.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
 Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic ; anareksia, mual/muntah.
 Gangguan absorpsi dan metabolisme pencernaan makanan : penurunan peristaltic ( reflek visceral ), empedu bertahan.
Mandiri :
 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien
anoreksi. Anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari
 Berikan perawatan mulut sebelum makan
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat
meningkatkan nafsu makan
 Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan
dapat meningkatkan pemasukan
 Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari
Rasional : Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat
lebih mudah dicerna / toleran bila makanan lain tidak.
Kolaborasi :
 Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi
Rasional : Berguna dalam membuat program diet untuk
memnuhi kebutuhan individu, metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Bila toleran, masukan normal atau lebih protein akan membantu regenarasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat ( contoh hepatitis kronis ) karena akumulasi produk akhir metabolisme protein dapat mencetuskan hepatic ensefalopati.
 Awasi glukosa darah
Rasional : Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi,
memrlukan perubahan diet/pemberian insulin.

 Berikan obat sesuai indikasi :
Antiemetik, contoh metalopramide (reglan); Trimentrobenzamid (tigan).
Rasional : Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat
menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan. Catatan : Compazine dikontraindikasikan pada penyakit hati
 Antasida, contoh Mylanta, titralac
Rasional : Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan
iritasi/risiko perdarahan


 Vitamin contoh B komplek,C, tambahan diet lain sesuai indikasi
Rasional : Memperbaiki kekurangan dan membantu proses
penyembuhan
 Terapi steroid, contoh prednisone ( deltasone ) tunggal atau kombinasi dengan azatioprin ( imuran )
Rasional : Steroid dikontraindikasikan karena
meningkatkan risiko berulang / terjadinya hepatitis kronis pada pasien dengan hepatitis virus. Namun, efek anti inflamasi mungkin berguna pada hepatitis aktif kronis ( khususnya idiopatik ) untuk menurunkan mual / muntah dan memampukan pasien untuk mengkomsumsi makanan dan cairan. Steroid dapat menurunkan aminotransferase serum dan kadar bilirubin, tetapi tidak mempengaruhi nekrosis hati atau regenerasi. Kombinasi terapi mempunyai efek samping lebih sedikit.
 Berikan tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila dibutuhkan
Rasional : Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan
kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala memanjang.

3. Resti kekurangan volume cairan b.d
 Kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ke 3 (asites).
 Gangguan proses pembekuan
Mandiri :
 Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan
penggantian/efek terapi. Catatan : Diare dapat berhubungan dengan respons terhadap infeksi dan mungkin terjadi sebagai masalah yang lebih serius dari obstruksi aliran darah portal dengan kongesti vaskuler pada traktus GI atau sebagai hasil penggunaan obat ( neomycin ) laktulosa untuk menurunkan kadar ammonia serum pada adanya ensefalopati hepatic.
 Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa.
Rasional : Indikator volume sirkulasi/perfusi.
 Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan kemungkinan perdarahan
kedalaman jaringan.
 Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
Rasional : Menghindari trauma dan perdarahan gusi.
 Observasi tanda perdarahan . contoh hematuria/melena, ekimosis, perdarahan terus menerus dari gusi/bekas injeksi.
Rasional : Kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi
memenjang bila absorbsi vitamin K tergantung pada traktus GI dan sintesis protrombin menurun karena mempengaruhi hati.
Kolaborasi :
 Awasi nilai labolatorium, contoh Hb/Ht, Na+ albumin, dan waktu pembekuan.
Rasional : Menunjukan hidrasi dan mengidentifikasi retensi
natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan edema. Defisit pada pembekuan potensial beresiko perdarahan.
 Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit ;
Rasional : Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
 Protein hidrolisat;
Rasional : Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat
membantu mengembalikan cairan dari jaringan kesistem sirkulasi.
 Vitamin K;
Rasional : Karena absorbs tergantung, penambahan dapat
mencegah masalah koagulasi, yang dapat terjadi bila factor pembekuan/waktu protrombin ditekan.
 Antasida atau reseptor H2 antagonis, contoh simetidin ( tagamet )
Rasional : Menetralisir/menurunkan sekresi gaster untuk
merendahkan resiko iritasi/perdarahan gaster
 Obat – obat anti diare, misal ; difenoksilatdan atripin ( lomotil )
Rasional : Mengurangi kehilangan cairan / elektrolit dari
saluran GI
 Plasma beku segar ( fresh frozen plasma / FFP )
Rasional : Mungkin diperlukan untuk menggantikan factor





G. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan yaitu :
1) Tahap persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan.
2) Tahap pelaksanaan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan :
a) Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau dari tenaga kesehatan yang lain.
b) Interdependen
Tindakan interdependen adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama sesama tim perawatan atau tim kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapi, analis kesehatan dan lain lain.
c) Dependen
Tindakan keperawatan dependen adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan profesi lainnya dokter, psikologis, psikiater, ahli gizi, fisioterafi dan lain lain.
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan secara:
1) Langsung
Ditangani oleh perawat yang menemukan masalah kesehatan klien.
2) Delegasi
Diserahkan kepada orang lain/perawat lain yang dapat dipercaya untuk melakukan tindakan keperawatan klien.
3. Tahap dokumentasi
Pelaksanakan tindakan keperawatan harus di ikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
H. Evaluasi
Evaluasi adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Tehnik penilaian didapatkan dari beberapa cara:
1) Wawancara
Dilakukan pada klien,keluarga,atau orang lain yang ada hubungannya denagn klien
2) Pengamatan
Pengamatan terhadap sikap,pelaksanaan,hasil yang dicapai dan perubahan tingkah laku klien.
Jenis evaluasi ada 2:
1) Evaluasi formatif
Evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan in tervensi dengan respon segera.
2) Evaluasi somatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analis status pasien pada saat tertentu berdasarkan tujuan rekapitulasi dari hasil yang direncanakan pada tahap perencanaan.
Alternatif keputusan yang dapat dipergunakan perawat dalam menilai ada 3 yaitu:
a) Tujuan tercapai
Jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b) Tujuan tercapai sebagian
Jika klien menunjukan perubahan sebagian sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
c) Tujuan belum tercapai
Jika klien tidak /belum menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
Adapun dalam pembuatan evaluasi sumatif berdasarkan SOAP (subjektif, objektif, analisa, planing)subjektif: data yang dihasilkan dari keluhan klien dan keluarga, objektif: data yang diperolah dari hasil observasi dan dari status klien. analisa: data yang dihasilkan dari perbandingan kriteria hasil, respon subjektif, dan respon objektif, dan planing adalah rencana untuk memberikan tindakan asuhan keperawatan selanjutnya.

OBAT BIUS LOKAL/ANESTESI LOKAL

OBAT BIUS LOKAL/ANESTESI LOKAL

Obat bius lokal/anestesi lokal atau yang sering disebut pemati rasa adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf.
Obat bius lokal bekerja merintangi secara bolak-balik penerusan impuls-impuls saraf ke Susunan Saraf Pusat (SSP) dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau rasa dingin.
Obat bius lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Disamping itu, anestesia lokal mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan otot.
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:
1. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen
2. Batas keamanan harus lebar
3. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa
4. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
5. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut :
1. Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai prototip.
2. Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain.
3. Lainnya
Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.
Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada pembedahan kecil dimana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan.
Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
1. Anestesi permukaan.
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan luka.
2. Anestesi Infiltrasi.
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).
3. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan terapi.
4. Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah.
5. Anestesi Epidural
Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.
6. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis.
Efek sampingnya adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung) dengan gejala penghambatan penapasan dan sirkulasi darah. Anestesi lokal dapat pula mengakibatkan reaksi hipersensitasi.
Ada anggapan bahwa obat bius lokal dianalogikan dengan obat "doping" sehingga dilarang seperti kokain yang merupakan obat doping yang merangsang. Kokain adalah anestetik lokal yang pertama kali ditemukan. Saat ini, penggunaan kokain sangat dibatasi utuk pemakaian topikal khususnya untuk anestesi saluran napas atas.
Sumber : Farmakologi dan Terapi edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1995.

Motto DAMUZ

Motto hidup kekuatan lebih besar dari kata
Disusun oleh : Damuz Zebaoth
Rabu, 13 oktober 2010
sebenarnya saya sudah bingung memberikan judul dari postingan ini akhirnya saya ambil saja suntingan dari sebagian kata-kata dari tulisan ini yaitu Motto hidup kekuatan lebih besar dari sekedar kata-kata, padahal sebenarnya ini bukan hanya membahas tentang motto hidup tapi lebih utamanya adalah cara meraih kesuksesan, silahkan baca aja selanjutnya.


Meraih Sukses dengan Menjadi Kreatif

Menjadi sukses adalah tujuan hidup bagi sebagian besar orang. Salah satu modal untuk meraih kesuksesan adalah dengan menjadi individu yang kreatif. Dengan kreatifitas yang dimiliki seseorang disertai dengan pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam mengembangkan kreatifitas tersebut, Kesuksesan bisa dicapai. Ada beberapa langkah awal yang dapat diambil untuk mencapai kesuksesan dengan memanfaatkan ide kreatif yang Anda miliki, diantaranya:

Coba sesuatu yang baru
Jangan pernah takut untuk mencoba, karena segala sesuatu hal berawal dari mencoba sampai akhirnya Anda sendiri yang menilai apakah Anda sudah mampu dalam bidang tersebut atau belum. Selain itu, dengan banyak mencoba Anda akan semakin tertempa untuk mampu menyelesaikan segala macam masalah yang Anda hadapi dalam bidang tersebut.

Mewujudkan ide
Jika Anda mempunyai ide positif, aplikasikan hal tersebut kedalam satu bidang yang mampu Anda pertanggung jawabkan.

Bergerak sedikit demi sedikit
Mulailah menggarap sedikit demi sedikit ide yang ada dalam pikiran Anda, jangan jadikan ide tersebut hanya sebatas wacana.

Banyak bertanya
Tanyakan kepada orang yang lebih berpengalaman karena hal itu akan menambah wawasan serta informasi yang kita butuhkan dalam memulai satu pekerjaan.

Banyak belajar
Mulailah membuka buku serta referensi lain yang ada hubungannya dengan ruang lingkup ide Anda.

Tentukan motto hidup
Motto hidup memiliki kekuatan yang lebih besar dari sekedar kata-kata. Karena biasanya motto hidup bisa jadi merupakan representasi dari tujuan hidup anda ataupun hal yang ingin Anda capai dalam hidup. Motto hidup bisa berupa kata-kata penyemangat seperti, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Oleh karena itu, Anda harus memiliki motto hidup untuk menjadi motivasi.

sumber: cahaya kehidupanku

PARKINSON

DEGENERATIF PARKINSON


I. KONSEP DASAR
A.DEFINISI
Parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai pusat otat yang bertanggung jawab mengontrol dan mengatur gerakan.
(Brunner & Suddarth,KMB vol 3.2001)

Parkinsonisme adalah kelainan system ekstrapiramidal yang paling sering ditemukan dan mempunyai beberapa sebab.
(Sylvia A Price,Lorraine M.Wilson.Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6,2005)

Parkinson adalah kelompok kelainan neurology yang ditandai oleh hipokinesia,tremor,dan rigiditas muscular.
(Kamus Kedokteran Dorland Edisi 25,1998)

Kesimpulan
Parkinson merupakan suatu penyakit gangguan neurologik yang mengenai pusat otak dengan kelainan system ekstremitas dengan manifestasi klinis yang bervariasi.






B. PATOFISIOLOGIS
1. Etiologi
Pada kebanyakan pasien penyebab penyakit ini tidak diketahui.Penyakit Parkinson ini lebih sering terjadi pada kelompok usia lanjut ,terutama pada usia 60 tahun.
Penyebab utama penyakit Parkinson ini adalah hilangnya neuron pigmen di dalam substasia nigra pada otak ( substansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum ).
Pada bagian otak tengah ini sistem saraf pusatnya adalah dopamine. Dopamine ini mempunyai fungsi sangat penting dalam menghambat gerakan pada pusat control gerakan.

2. Manifestasi Klinis
Manifestasi utama penyakit Parkinson adalah gangguan gerakan,kaku otot,tremor,kelemahan otot dan hilangnya reflek postural. Tanda awal meliputi kaku ekstermitas dan menjadi kaku pada semua bentuk gerakan.
Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit ini,mulai timbulnya tremor kepala dan tangan. Kepala membungkuk ke depan,berdiri kaku,kehilangan berat badan.mengeluarkan air liur,kemudian ke bagian tubuh lainnya.
Adapun manifestasi lainnya mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,persepsi dan penurunan daya ingat.Sedangkan psikologisnya perubahan kepribadian,dimensia dan kompusia akut.

3. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Parkinson ini dilihat dari imobiilisasi seperti pneumonia,infeksi saluran perkemihan dan jika penderita terjatuh dapat menyebabkan kematian.
Selain itu penyakit Parkinson dapat menyebabkan komplikasi gangguan fungsi pernapasan,gangguan okulomotorius ( pandangan yang kabur ). Kelelahan dan nyeri otot juga dialami oleh penderita Parkinson.

C. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan medis
2. Farmakoterapi
Terapi obat-obatan untuk penderita penyakit Parkinson mencakup : antihistamin, antikolinnergik, amantidin hidroklorida,levodopa,uinhibitor monoamine
oksidasi ( MAO )dan antidepresi.
Antihistamin menpunyai efek sedative dan antikolinergik pusat ringan,dapat membantu dalam menghilangkan tremor.
Terapi antikolinergik efektif untuk mengontrol tremor asetilkolin pada system saraf pusat. Efek sampingnya seperti : penglihatan kabur,wajah kemerahan,ruam pada wajah.konstipasi,retensi urin dan kondusi akut.
Amantadin hidroklorida sebagai agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan,tremor dan bradikinesia. Efek samping terdiri dari konfusi,halusinasi,muntah,adanya tekanan pada epigastrium ,pusing,dan gangguan penglihatan.
Terapi Levodopa,yang diubah dari (MD4)L (MD40-Dopa menjadi dopamine pada basal ganglia. Dopamine dengan konsentrasi normal yang terdapat di dalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang yaitu pada pasien dengan penyakit Parkinson. Bisa saja gejala yang hilang diperoleh akibat kadar dopamine yang lebih tinggi yang ada bersamaan dengan levodopa. Levodopa selalu diberikan dalam kombinasi dengan inhibitor boksilase,karbidopa ( simenet ), yang memungkinkan konsentrasi levodopa lebih besar untuk mencapai otak dan menurunkan efek samping perifer.
Diskinesia ( gerakan involunter abnormal ) adalah efek samping yang hampir umum,dan meliputi wajah meringis,gerakan tangan menjejak berirama,gerakan kepala singkat,gerakan mengunyah dan memukul dan gerakan involunter batang tubuh dan ekstremitas.
Devirat Ergoet-Agonis Dopamin. Agens-agens ini dianggap menjadi agonis reseptor dopamine,agens ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada pasien yang mengalami reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis ringan.
Pergolid ( permax) adalah egens paling baru dari klasifikasi ini. Agens ini sepuluh kali lebih poten daripada bromokriptin,walaupun demikian terapi ini umumnya tidak dipilih.
Inhibitor MAO, Eldepril adalah salah satu perkembangan farmakoterapi dalam penyakit Parkinson. Obat ini menghambat pemecahan dopamine,sehingga peningkatan jumlah dopamine tercapai.
Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang biasanya juga terjadi pada penyakit Parkinson.

3. Intervensi Pembedahan
Meskipun banyak pendekatan yang berbeda telah menjadi subjek riset saat,penatakaksanaan pada penyakit Parkinson masih menjadi penyelidikan dan controversial. Pada beberapa pasien yang cacat tremor atau diskinesia akibat levodopa berat,pembedahan dapat dilakukan. Walaupun pembedahan dapat mengurangi gejala pada pasien tertentu,namun hal ini tidak menunjukkan perubahan perjalanan penyakit atau perkembangan kearah permanent. Prosedur pembedahan stereotaktik dapat dilakukan berupa subtalamotomi dan palidotomi.
Transplantasi saraf pada medulla adrenal pasien ke dalam basal ganglia efektif dapat mengurangi gejala pada sebagian kecil pasien. Transplantasi sel-sel saraf menggunakan jaringan fetus telah dicoba,tapi prosedur ini masih menjadi perdebatan. Penelitian tentang pembedahan lain serta pendekatan yang tidak melalui pembedahan masih terus dilakukan.

II. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan dan pengkajian berfokus pada bagaimana penyakit mempengaruhi aktivitas pasien dan kemampuan berfungsi. Pasien diobservasi mengenai apakah mereka dapat melakukan dan apakah terjadi perubahan dalam fungsi. Respon-respon setelah pemberian medikasi juga diperhatikan. Pasien ditanyakan apakah meraka mengalami perubahan atau tidak. Pertanyaan berikut dapat membantu :

Apakah anda mengalami kekakuan tangan dan kaki ?
Apakah anda mengalami sentakan tidak teratur pada ttangan atau kaki ?
Apakah anda mengalami ‘beku’ atau terpaku dan tidak mampu bergerak ?
Apakah air yang dikeluarkan dari mulut anda berlebihan ?
Pernahkah anda ( orang lain ) melihat diri anda meringis atau membuat gerakan wajah atau mengunyah ?
Aktifitas fisik apa yang sukar anda lakukan ?
Selama pengkajian ini,pasien diobservasi pada saat bergerak,berjalan,atau minum.

2. Diagnosa keperawatan
Hampir setiap pasien dengan gangguan gerakan mengalami beberapa perubahan fungsi dan dapat mengalami disfungsi perilaku. Berdasarkan data pengkajian,diagnosa keperawatan pasien utama meliputi :
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
kurangnya perawatandiri ( makan,minum,berpakaian
hygiene ) yang berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik
konstipasi yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktifitas
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tremor,pelambatan dalam proses makan, kesukaran mengunyah dan menelan
kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah
disfungsi karena perkembangan penyakit
Diagnosa keperawatan lain mencakup gangguan pola tidur,kurang pengetahuan,perubahan proses berfikir, dan koping keluarga yang tidak efektif.





3. Perencanaan
1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
Tujuan :meningkatnya kekuatan dan mengurangi kelemahan otot
Kriteria hasil :Kekuatan otot meningkat
Kelemahan otot teratasi
Intervensi mandiri :
 Latihan jalan
 Latihan meregang
 Latihan postural
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pelambatan proses makan,kesukaran mengunyah dan menelan
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : berat badan normal
masalah nutrisi teratasi

Intervensi mandiri :
 Anjurkan klien untuk makan porsi kecil tapi sering
 Anjurkan klien untuk banyak minum untuk mencegah mulut yang kering
Intervensi kolaboratif :
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT
3. Konstipasi yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas
Tujuan : masalah konstipasi teratasi
Kriteria hasil : pola eliminasi klien baik
Intervensi mandiri :
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas ringan seperti berjalan
Intervensi kolaboratif :
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian supositoria

4. Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan kolaborasi dan membantu pencapaian tujuan yang ditetapkan memfasilitaskan koping.
Tahapan tindakan ada 3 diantaranya:
Persiapan :
Perawat menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan keperawatan yaitu review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap intervensi. Menganalisa, pengetahuan kemampuan dan yang diperlukan untuk mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin timbul.
Menentukan kelengkapan serta menyiapkan lingkungan yang kondusif, mengidentifikasi aspek hukum, dan kode etik terhadap etika terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
Intervensi :
Pelaksanaan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dan adapun sifat tindakan keperawatan yaitu; independent,interdependen, dan dependen.
Dokumentasi :
Mendokumentasi suatu proses keperawatan secara
lengkap dan akurat.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian,analisa, intervensi dan implementasi keperawatan adapun tahap- tahap evaluasi antara lain:
Mengukur pencapai tujuan dilihat dari kongnitif,
afektif, dan psikomotor.
Membandingkan data yang sudah ada dengan
pencapaian tujuan komponen untuk mengevaluasi
kualitas implementasi keperawatan antara lain.


Formatif :
Evaluasi setelah rencana keperawatan dilakukan
untuk membantu keefektifan tindakan secara
berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
Somatif :
Evaluasi yang diperlukan rencana keperawatan
dilakukan pada akhir tindakan keperawatan
secara objektif, fleksibel, dan efisien.


























MIASTENIA GRAVIS

I . KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Miastenia gravis adalah gangguan transmisi neuromuscular pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang ( volunteer )
2. PATOFISIOLOGI
1. Etiologi
Dasar ketidaknormalan pada Miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada transmisi inpuls syaraf menuju sel-sel otot karna kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membran postsinaps pada sambungan neuromuscular. Penelitian memperlihatkan adanya penurunan 70% sampai 90% reseptor aseltilkolin pada sambungan neuromuscular setiap individu. Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai penyakit autoimun yang bersikap langsung melawan reseptor aseltilkolin (AChR) yang merusak trasmisi neuromuskular.

2. Manifestasi klinis.
Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrem dan mudah mengalami kelelahan,yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan berkurang setelah istirahat. Pasien dengan penyakit ini mengalami kelelahan hanya karena penggunaan tenaga yang sedikit seperti menyisir rambut, mengunyah dan berbicara, dan harus menghentikan segalanya untuk istirahat. Berbagai gejala yang muncul sesuai dengan otot yang terpengaruh. Otot-otot simestris terkena, umumnya itu dihubungkan dengan syaraf kranil. Karena otot-otot okular terkena, maka gejala awal yang muncul adalah Diplopia (penglihatan ganda) dan Ptosis (jatuhnya kelopak mata). Ekspresi wajah pasien yang sedang tidur terlihat seperti patung, hal ini disebabkan karna otot-otot wajah terkena. Pengaruhnya terhadap laring menyebabkan Disfonia (gangguan suara) dalam membentuk bunyi suara hidung atau kesukaran dalam pengucapan kata-kata. Kelemahan pada otot-otot bulbar menyebabkan masalah mengunyah dan menelan dan adanya bahaya tersedak dan aspirasi. Beberapa pasien sekitar 15% sampai 20% mengeluh lemah pada tangan dan otot-otot lengan, dan biasanya berkurang, pada otot kaki mengalami kelemahan, yang membuat pasien jatuh. Kelemahan diafragma dan otot-otot intrakostal progresif menyebabkan gawat napas, yang merupakan keadaan darurat akut.

3.PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
Penatalaksanaan Miastenia gravis ditentukan dengan meningkatkan fungsi pengobatan pada obat antikolinesterase dan menurunkan serta mengelurkan sirkulasi antibodi. Teraapi mencakup agens-agens antikolinesterase dan terapi imunosupresif, yang terdiri dari plasmaferesisdan timektomi.
Agens-agens antikolinesterase. Obat ini beraksi dengan meningkatkan konsentrasi asetilkolin yang relative tersedia pada persimpangan neuromuscular. Mereka di berikan untuk meningkatkan respons otot-otot terhadap impuls syaraf dan meningkatkan kekuatan otot. Kadang-kadang mereka diberikan hanya mengurangi simtomatik.
Obat-obatan dalam pengobatan digunakan piridostigmin bromide (Mestinon), ambenonium khlorida (Mytelase), dan neostigmin bromide (Prostigmine).
Banyak pasien lebih suka pada piridostigmin karena obat ini menghasilkan efek samping yang sedikit. Dosis ditingkatkan berangsur-angsur sampai tercapai hasil maksimal yang diinginkan (bertambahnya kekuatan, berkurangnya kelelahan), walaupun kekuatan otot normal tidak dapat tercapai dan pasien akan mempunyai kekuatan beradaptasi terhadap beberapa ketidakmampuan.
Obat-obat antikkolinesterase diberikan dengan susu, krekers, atau substansi penyangga makanan lainnya. Efek samping mencakup kram abdominal, mual, muntah, dan diare. Dosis kecil atrofin, diberikan satu atau dua kali sehari, dapat menurunkan atau mencegah efek samping. Efek sammping lain dari terapi antikolinesterase mencakup efek samping pada otot-otot skelet, seperti adanya fasikulasi (kedutan halus), spasme otot dan kelemahan. Pengaruh terhadap system saraf terdiri dari pasien cepat marah, cemas, insomnia (tidak dapat tidur), sakit kepala, disatria (gangguan pengucapan), sinkope, atau pusing, kejang dan koma. Peningkatan ekskresi saliva dan keringat, meningkatnya sekresi bronchial dan kulit lembab, dan gejala-gejala ini sebaiknya juga dicatat.
Terapi imunosupresif ditentukan untuk tujuan menurunkan produksi antibody antireseptor atau mengeluarkan langsung melalui perubahan plasma. Terapi imunosupresi mencakup kortikosteroid, plasmaferesis dan timektomi. Terapi kostikosteroid dapat menguntungkan pasien dengan miastenia yang umumnya berat. Kostikosteroid digunakan mereka dengan efek terjadinya penekanan respon imun pasien , sehingga menurunkan jumlah penghabatan antibody.
Pertukaran plasma (plasmaferesis) adalah teknik yang memungkinkan pembuangan selektif plasma dan komponen plasma pasien. Sel-sel yang sisa kembali dimasukan. Penukaran plasma menghasilkan reduksi sementara dalam titer sirkulasi antibody.
b. Pembedahan
Pasien dengan miastenia gravis dapat dilakukan timektomi
( pengangkatan timus ), yaitu mabuka stermun kerena selua limus harus dibuang. Tindakan ini mecegah pembentukan pembentukan reseptor antibody.
 Klisis miastenik adalah awitan tiba-tiba kelemahan otot pada pasien mistenia dan biasanya akibat dari kekurangan medikasi atau tanpa medikasi kolinergik sama sekali.
 Klinis kolinergik disebabkan oleh kelebihan obat-obatan kolinergik atau agens antikholinesterase,selain itu pasien juga mengalami gangguan gastrointestinal seperti mual.muntah,diare,berkeringat,peningkatan produksi saliva dan bradikardi.






IV. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pasien miastenia gravis selalu dikelola di luar rumah sakit yang membutuhkan tes diagnostic atau untuk penatalaksaan gejala atau komplikasi. Riwayat kesehatan dan pengkajian berfokus pada klien dan pengetahuan keluarga tentang penyakit dan program pengobatan perlu dikaji.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian,diagnosa keperawatan potensial pasien meliputi hal berikut :
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan
 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot-otot volunteer
 Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan kelemahan otot bulbar
Diagnosa lain mencakup resiko terjadinya cedera nerhubungan dengan kelemahan otot volunteer,tidak toleran terhadap aktivitas;bersihan jalan nafas tidak efektif;cemas,perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan gangguan cairan tubuh.

3. Intervensi Dan Implementasi
Mandiri :
1.Memperbaiki fungsi pernapasan
2.Meningkatkan mobilitas fisik
3.Meningkatkan komunikasi
4.Memberikan perawatan mata
5.Mencegah aspirasi

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mencapai fungsi pernapasan yang adekuat
a. Menunjukakan frekuensi dan kedalaman pernapasan normal dan kekuatan otot normal
b. Mentaati jadwal medikasi yang ditetapkan
c. Menyatakan bahwa tas resusitasi dan pengisapan portable digunakan di rumah
d. Menghindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi yang dapat memperberat gejala
2. Beradaptasi pada kerusakan mobilitas
a. Menetapkan program istirahat dan latihan yang seimbang
b. Mengidentifikasi tindakan untuk menghemat energi : melakukan sendiri
c. Menggunakan alat-alat bantu
d. Menetapkan dan mentaati jadwal medikasi yang memaksimalkan kekuatan otot
3. Tidak mengalami aspirasi
a. Menunjukkan bunyi nafas normal
b. Makan dengan lambat dan memilih diet ( lunak ) yang sesuai
c. Menetapkan jadwal medikasi yang sesuai dengan waktu makan
4. Mengalami pemulihan krisis miastenik dan kolinergik
a. Menyebutkan tanda dan gejela krisis
b. Menaati program medikasi
c. Menggunakan gelang waspada medikasi











DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddart ( 2001 ) . Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta : EGC

Engram,Barbara.( 1998 ). Rencana Asuhan Kererawatan Medikal Bedah.vol 2 . Jakarta : EGC

Price E. Suzanne . ( 2004 ). Patofisiologi . Jakarta : EGC