Halaman

Sabtu, 16 Juli 2011

KTI DAMUZ BRONKOPNEUMONIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila penyakit ini tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian. Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia. Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)

Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumococus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) sejak 1986 sampai era 2000 an hampir 80 sampai 90 persen kematian balita akibat serangan ISPA dan pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% penduduk Amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap sebagai penyebab terbanyak dari kematian di Amerika. Bronkopneumonia juga tetap merupakan penyebab tingginya angka mortalitas dan morbiditas anak, terutama pada negara - negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Kesulitan - kesulitan tersebut menyebabkan angka mortalitas anak - anak dengan bronkhopneumonia di Indonesia tetap tinggi. Angka mortalitas bronkhopneumonia secara keseluruhan mencapai 7-28,6 %, sementara pada bayi mencapai 36,1%.
Di luar negeri, Simpson dan Flenley ( 1976 ) mencatat bahwa diantara 1100 anak dibawah usia 3 tahun yang dirawat di Royal Hospital, Edinburg, antara tahun 1960 sampai tahun1966 dengan infeksi saluran pernafasan bawah akut, terdapat angka mortalitas sebanyak 4,6 %. Bronkopneumonia merupakan penyebab tertinggi dari kematian. Di Indonesia, bronkopneumonia merupakan penyebab kematian no 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan TBC. Dari tahun ke tahun penderita bronkopneumonia terus meningkat, di RSUD Budhi Asih Jakarta dari Bulan Januari sampai Juli 2011 terdata yang mengalami penyakit pneumonia usia 0-28 hari sebesar 10%, 28-<1 tahun sebesar 29 %, usia 5-14 tahun 2%, 15-24 tahun 12 %, 25-44 tahun sebesar 21 %, 45-64 tahun sebesar 24 %, dan >65 tahun sebanyak2 %. Pada ruang anak didapatkan jumlah klien untuk rawat inap sebanyak 1530 jiwa dengan persentasi (76,96%) dank lien dengan rawat jalan sebanyak 458 jiwa (23,04%), sedangkan data pada bulan Juni 2011 didapatkan sebanyak 288 jiwa (78,47%) klien rawat inap dan sebanyak 79 jiwa (21,52%) klien rawat jalan. (Rekam medik RSUD Budhi Asih Jakarta)

Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi, dan kebersihan lain-lain. Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup bersih dan sehat, upaya kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang sesuai indikasi yang dianjurakan oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopnemonia secara optimal, profesional dan komprehensif, sedangkan pada aspek rehabilitatif, perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan menganjurkan pada orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.

Berdasarkan data diatas, maka asuhan keperawatan dalam penanggulangan penyakit bronkopneumonia sangatlah penting karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus tentang “Asuhan Keperawatan pada Klien An. A dengan Bronkopneumonia Khususnya di Lantai V Timur RSUD Budhi Asih Jakarta Timur”.


B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memperoleh gambaran atau informasi dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien An. A dengan kasus bronkopneumonia di RSUD Budhi Asih.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di RSUD Budhi Asih.
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di RSUD Budhi Asih.
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di RSUD Budhi Asih.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di RSUD Budhi Asih.
f. Mampu mengidentifikasikan kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktek yang terdapat pada kasus klien An. A di RSUD Budhi Asih.
g. Mampu mengidentifikasikan faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah yang terjadi pada kasus An. A di RSUD Budhi Asih.
h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia.

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah Ilmiah ini penulis memberikan batasan pembahasan hanya pada asuhan keperawatan pada klien An. A dengan bronkopneumonia di lantai V timur kamar 510 RSUD Budhi Asih Jakarta Timur, yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut, mulai dari hari Jum’at, 01 Juli 2011 sampai dengan hari Minggu, 03 Juli 2011.


D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dan metode studi kasus kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dimana peserta didik mengolah 1 (satu) kasus dengan menggunakan proses keperawatan.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori, yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi (klasifikasi proses perjalanan penyakit dan manifestasi klinis), komplikasi, penatalaksanaan, konsep tumbuh kembang anak, konsep hospitalisasi, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus, yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
BAB IV : Pembahasan, yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
BAB V : Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.









BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)

Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berbeda didekatnya, disebutjuga pneumonia lobularis. (Wong, DL, 2004).

Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. (Hidayat. A.A, 2008)

B. Etiologi
Penyebab tersering brokopneumonia pada anak adalah pneumokokus sedang penyebab lainnya antara lain: streptococcus pneumoniae, stapilokokus aureus, haemopillus influenza, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.

C. Patofisiologi

1. Proses perjalanan penyakit
Kuman masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan dari atas untuk mencapai bronkiolus dan kemudian alveolus sekitarnya.
Kelainan yang tibul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-paru, lebih banyak pada bagain basal. Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat di dalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain). Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita mengalami sesak nafas. Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan refleks batuk. Perjalanan patofisiologi di atas bisa berlangsung sebaliknya yaitu didahului dulu dengan infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru-paru.

2. Manifestasi klinik
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Kadang - kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula – mula kering dan kemudian menjadi produktif. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah auskultasi yang terkena. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumomonia manjadi satu mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras.
3. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti etelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat. (Ngastiyah, 2005).

D. Penatalaksanaan
1. Terapi
a) Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/Kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/Kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasui bertujuan untuk menghilang penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
b) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukusa 5 % dan Nacl 0,9 % dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500ml/botol infus.
c) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabilisme akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
d) Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafas.
e) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiakan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
2. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan
a) Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukoponenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
b) Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi :
- Bercak konsolidasi merata pada bronkopnemonia
- Bercak komsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
- Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat pada pneumonia stafilokok.
c) Pemeriksaan cairan pleura
d) Pemeriksaan mikrobiologi

E. Konsep Tumbuh Kembang Anak pada Usia 0-12 bulan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa diidentikkan dengan dewasa dalam bentuk kecil.

Ilmu Pertumbuhan (Growth) dan Perkembangan (Development) merupakan dasar Ilmu Tumbuh-Kembang oleh karena meskipun merupakan proses yang berbeda, keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain.

Pertumbuhan dan perkembangan dianggap sebagai satu kesatuan yang mencerminkan berbagai perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Seluruh perubahan tersebut merupakan proses dinamis yang menekankan beberapa dimensi yang saling terkait (Narendra, dkk.2002), Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimesi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centi meter, meter). Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. (Riyadi dan Sukarmin, 2009),

1. Pertumbuhan pada usia anak 6 bulan.
a. Berat badan
Perkiraan berat badan dalam kilogram usia 3-12 bulan

Umur (bulan)+9
2


b. Tinggi badan
Secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan yaitu : usia 1 tahun = 1,5 x Tinggi badan lahir.
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala mencerminkan volum intracranial, dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Laju tumbuh pesat pada enam bulan pertama bayi, dari 35 cm saat lahir menjadi 43 cm pada 6 bulan.
d. Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. Dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/keadaan tumbuh kembang pada kelompok usia prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada usia1 tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1-3 tahun.
2. Perkembangan pada usia anak 4-8 bulan.
Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia.
Pada usia anak 4-8 bulan perkembangan yang dapat di perhatikan diantaranya yaitu :
Motorik kasar
a. Menahan kepala tegak tanpa bantuan
b. Berayun kedepan dan kebelakang
c. Berguling dari telentang ketengkurap
d. Dapat duduk dengan bantuan selama interval singkat.
Motorik halus
a. Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang
b. Mengeksplorasikan benda yang sedang dipegang.
c. Menggunakan bahu dan tangan sebagai unit tunggal
d. Mengambil obyek dengan tangan tengkurap
e. Mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan
f. Memindahkan objek dari satu tangan ketangan yang lain.


Sensorik
a. Berespon terhadap perubahan warna
b. Mengikuti objek dari garis tengah ke samping
c. Mengikuti objek dalam berbagai arah
d. Mencoba mencari sumber bunyi
e. Berusaha mengordinasikan tangan-mata
f. Indra penciuman sudah berkembang dengan baik
g. Mencapai batas ketajaman penglihatan dewasa
h. Bersespon terhadap suara yang tidak terlihat.
i. Menunjukan pilihan rasa.
Sosialisasi
a. Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan yang tidak dikenalnya.
b. Jika bersama dengan orang yang belum dikenalnya bayi akan merasa cemas.
c. Sudah bisa mengeluarkan suara em..em..em…
d. Bayi biasanya cepat menangis jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat tertawa lagi.
Bahasa
a. Dapat menirukan suara bunyi atau kata-kata.
b. Menoleh kearah suara atau sumber bunyi.
c. Tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak.
d. Serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti “ba-ba”.
e. Mulai mengikuti bunyi-bunyian
f. Ungkapan satu suku kata “ma, mu, da, di, li”
g. Memvoklisasi terhadap mainan, bayangan cermin.
h. Menikmati mendengarkan suara sendiri (penguatan diri).
Adaptasi Sosial.
a. Anak merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang asing,
b. Mulai bermain dengan mainan,
c. Mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal.
d. Senang mendengarkan langkah kaki.
e. Tertawa bila kepala disembunyikan di handuk.
F. Konsep Hospitalisasi pada Usia 0-12 Bulan.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat teraupetik dan penuh dengan stress. (Narendra, dkk.2002).

Masa anak usia 6 bulan.
Perpisahan dengan orang tua sehingga dapat menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Respon terhadap nyeri, biasanya ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh, meringis keras. Peran keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit, ketakutan dan masalah tergantung penyakit, biasanya prestasi kurang informasi tentang prosedur dan pengangkatan serta tidak tebiasa dengan perawat dirumah sakit.

G. Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
1. Identitas klien : nama klien, temoat lahir, tanggal lahir, umur jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan.
2. Riwayat pola makan : rekuensi makan, jenis makan, makanan yang disenangi.
3. Pengkajian antopometri : Lingkar Lengan Atas (LLA), lingkar kepala, leingkar dada, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lipatan kulit.
4. Monitor hasil laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit, laju endap darah (LED), serum protein ( albumin dan globulin) dan hormon pertumbuhan.
5. Timbang berat badan
6. Kaji tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
7. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orang tua berpersepsi meskipun anaknya batuk masih menggap belum terjadi gangguan serius, bila asanya orang tua menganggap benar-benar sakit apa bila anak sudah mengalami sesak nafas.
8. Pola metabolik nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme).
9. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.
10. Pola tidur-istirahat data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.
11. Pola aktifitas-latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orang tuanya atau bedres.
12. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah di sampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat di rawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
13. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat.
14. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupuan yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat orangtua).
15. Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan yang menstruasi pada wanita terapi bersifat sementara dan biasanya penundaan.


16. Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang domain adalah mudah tersinggung dan suka marah.
17. Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Tuhan.
18. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi :
1) Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
2) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
3) Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat pada pneumonia stafilokokus.
c. Pemeriksaan cairan pleura
d. Pemeriksaan mikrobiologi, dapat dibiak dari spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru. (Mansjor, A. 2000)

H. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul langkah berikutnya adalah menganalisa data, sehingga diperoleh diagnosa keperawatan yang artinya adalah masalah kesehatan aktual atau potensial. Terjadi masalah kesehatan (pada seseorang, kelompok, atau keluarga) yang dapat ditangani oleh perawat untuk menentukan tindakan perawat yang untuk mencegah, menanggulangi, atau mengurangi masalah tersebut.
Menurut Riyadi Sujono & Sukarmin (2009). Diagnosa yang ditemukan pada penyakit bronkopneumonia antara lainya yaitu;
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
a. Pernapasan cepat dan dangkal (RR mungkin >35 kali/menit)
b. Bunyi nafas ronkhi basah, terdapat retraksi dada dan penggunaan otot bantu pernapasan
c. Pasien mengeluh sesak nafas.
d. Batuk biasanya produktif dengan produksi sputum yang cukup banyak.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
a. Dispnea, sianosis
b. Takipne dan takikardi
c. Gelisah atau perubahan mental
d. Kelemahan fisik
e. Dapat juga terjadi penurunan kesadaran
f. Nilai AGD menujukan peningkatan PCO² (normal PCO² 35-45 mmHg), sedangkan pada kondisi asidosis dapat menjadi 70 mmHg dan penurunan PH (normal PH 7,35-7-45, kalau asidosis 7,25 mmhg ).

3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
kemungkinan dibuktikan oleh:
a. Pasien mengeluh dadanya sakit.
b. Pasien terlihat meringis kesakitan.
c. Terlihat gerakkan dada terbatas saat bernafas
d. Perilaku distraksi, gelisah.
e. Tampak perilaku seperti meringis kesakitan, menangis, rewel.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
a. Laporan verbal kelemahan kelelahan, keletihan.
b. Pasien tampak lemah, saat dicoba untuk bangun pasien mengeluh tidak kuat.
c. Nadi teraba lemah dan cepat dengan frekuensi >100 kali permenit.

5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
kemungkinan dibuktikan oleh:
a. Pasien mengeluh lemah
b. Berat badan anak mengalami penurunan.
c. Kulit tidak kencang.
d. Nilai laboratorium Hb kurang dari 9 gr/dl (normal usia 1 tahun keatas 9-14 gr/dl.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
Dibuktikan dengan data:
a. Pasien tampak merah wajahnya
b. Suhu tubuh sama dengan atau lebih 37,5˚C
c. Pasien menggigil
d. Nadi naik (diatas 100 kali permenit).

I. Perencanaan Keperawatan
Tahap selanjutnya yaitu perencanaan yang meliputi perkembangan strategi sasaran untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menentukan rencana dokumentasi.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas teratasi.
Kriteria hasil : Pernapasan normal, bunyi nafas normal, klien tidak sesak, tidak ada sputum.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernadasan dan gerakan dada.
Rasional: takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan penympitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi semakin meningkat frekuensi pernapasannya.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara.
Rasional: suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krekles terjadi pada area paru yang banyak cairan eksudatnya.
c. Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
Rasional: nafa dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangurangi tingakat kelelahan akibat batuk.
d. Section secara indikasi.
Rasional: mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan nafas.
e. Lakukan fisioterapi dada.
Rasional: merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada supaya sputum mudah bergerak keluar.
f. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontra indikasi), tawarkan air hangat dari pada dingin.
Rasional: meningkatkan hidrasi sputum, air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
Kolaborasi
a. Terapi obat-obatan bronkodilator dan mukolitik melalui inhalasi. Contoh pemberian obat ventolin dan bisolvon.
Rasional: memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret dengan cepat.
b. Berikan obat bronkodialtor, ekspetoran, dan mukolitik secara oral.
Rasional: mengurangi spasma bronkus, memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret melalui silia mucus pada saluran pernafasan.
c. Berikan cairan tambahan misalnya cairan intravena
Rasional: cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan, memobilisasikan secret.
d. Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.
Rasional: mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.
e. Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional: membunuh mikroorganisme penyebab, sehingga bisa mengurangi peningkatan produk sputum yang merupakan sebagai akibat timbulnya peradangan.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan pertukaran gas teratasi.
Kriteria hasil : Tidak terjadi dispnea, tidak sianosis, kesadaran compos mentis, nilai AGD dalam batas normal.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: distress pernafasan yang dibuktikan dengan dispnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan.
b. Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku dan jaringan sental.
Rasional: sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi, sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukan hipoksemia sistemik.
c. Kaji status mental dan penurunan kesadaran.
Rasional: gelisah, mudah tersinggung, bingung dan samnolen sebagai petunjuk hipoksia atau penurunan oksigenasi serebral.
d. Awasi frekuensi jantung atau irama.
Rasional: takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksia.
e. Awasi suhu tubuh.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi seluler.
f. Kaji tingkat ansietas sediakan waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau susun bersama jadwal pertemuan.
Rasional: ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai respon fisiologi terhadap hipoksia.

Kolaborasi:
a. Berikan terapi oksigen dengan benar
Rasional: tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg), oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
b. Pemantauan AGD (Analisa Gas Darah).
Rasional: AGD yang menunjukan penurunan PO2 sebagai indikasi penurunan oksigen jaringan.

3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkrim paru
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dada hilang.
Kriteria hasil : Dada tidak sakit lagi, klien menunjukkan muka yang rileks, ekspresi wajah santai.
Intervensi keperawatan :
a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter, atau lokasi atau intensits nyeri.
Rasional: nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam meningkat saat dibuat inspirasi dan biasanya menetap.
b. Pantau tanda vital
Rasional: nyeri akan meningkat mediator persyarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi pembuluh darah sistermik, meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan.
c. Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak, menonton film tentang anak.
Rasional: mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat mengurangi keteganggan hingga nyeri.
d. Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan nafas.
Rasional: tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik.
Kolaborasi:
e. Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi
Rasional: obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif atau proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas teratasi.
Kriteria hasil : Klien tidak lemah, tidak letih, klien dapat melakukan aktivitas.
Intervensi keperawatan :
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas.
Rasional: menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien memudahkan pilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional: tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energy untuk penyembuhan.
d. Batu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan posisi tinggi, tidur dikursi atau menunduk kedepan meja atau bantal.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien tidak lemah, berat badan klien bertambah, nilai Hb normal.
Intervensi keperawatan :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional: sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan di medulla oblongata.
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah.
Rasional: setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
c. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
d. Auskultasi bunyi usus, Observasi atau palpasi distensi abdomen.
Rasional: bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastrointestinal.
e. Berikan makanan porsi kecil.
Rasional: tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
f. Evaluasi status nutrisi umum.
Rasional: adanya kondisi kronis seperti PPOM atau alkoholisme atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan peningkatan suhu tubuh teratsi.
Kriteria hasil : Suhu klien normal (36˚C-37˚C), klien tidak menggigil, nadi klien dalam batas normal.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.
Rasional: untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
b. Pantau warna kulit dan suhu.
Rasional: sianosis menunjukan vasokostriksi atau respon tubuh terhadap demam.
c. Berikan dorongan untuk minum sesuai perasaan.
Rasional: peningkatan suhu tubuh menimbulkan peningkatan IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus diimbangi pemasukan cairan.
d. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya: kompres hangat.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatakan kebutuhan metabolik dan mengganggu oksigen selulur.
Kolaborasi:
a. Berikan antipiretik yang diresepkan sesuai kebutuhan.
Rasional: mempercepat penurunan suhu tubuh.

J. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun, prinsip-prinsip melakukan asuhan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta memberikan penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan pada klien. Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan memfasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain
1. Persiapan : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan keperawatan, yaitu mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan tindakan.
2. Intervensi : Pelaksanaan tindakan keperawatan yang bertjuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen, interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi : Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap dan akurat.

K. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan yang diberikan proses evaluasi terdiri dari
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b. Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif, fleksibel dan efisien.










BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang laporan kasus asuhan keperawatan pada An. A dengan bronkopnemonia yang dirawat dilantai V Timur Kamar 510 Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih Jakarta Timur dengan nomor registrasi 762803, klien masuk rumah sakit pada tanggal 30 Juni 2011. Pengkajian yang dilakukan selama 3 hari dari tanggal 01 Juli 2011 jam 09.50 WIB sampai dengan tanggal 03 Juli 2011 dan adapun data yang diperoleh yaitu dengan cara wawancara langsung pada keluarga An. A melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi, perawat yang bertugas dan melihat catatan medis serta catatan keperawatan.

A. Pengkajian
1. Data Biografi
a. Identitas Klien
Klien bernama An. A, nama panggilan An. A tempat tanggal lahir 07 Desember 2010 (6 bulan), jenis kelamin perempuan, pendidikan belum sekolah, ibu klien bernama Ny. S usia 40 tahun, pendidikan sekolah dasar, pekerjaan ibu rumah tangga, agama Islam, suku Jawa, nama ayah Tn. S usia 46 tahun pendidikan sekolah menengah pertama, pekerjaan buruh, agama Islam, suku Betawi, alamat Jl. Kampung melayu kecil 1 RT 04/10.

2. Resume
Pada tanggal 30 Juni 2011, klien datang ke RSUD Budhi Asih, melalui UGD, pada pukul 14.30 WIB, keluarga klien mengatakan datang dengan keluhan An. A batuk dan sesak, Ibu klien mengatakan sebelum dibawa ke RSUD Budhi Asih klien dibawa ke puskesmas terdekat, dari Puskesmas klien dirujuk ke RSUD Budhi Asih. di Ruang UGD,
klien dilakukan pemeriksaan oleh perawat ruangan didapatkan hasil, keadaan umum klien sesak berat, akral dingin, pernapasan spontan, cepat dan dangkal, klien sianosis, lemah, batuk, berdahak, didapatkan masalah tidak efektif bersihan jalan nafas, dilakukan pemasangan Infus KA-EN 1 B : 12 tetes/menit. Dilakukan inhalasi jam 15.30 WIB, klien diberikan Inhalasi bisolvon 3 tetes, ventolin 3 tetes, NaCl 0,9 % : 10 cc. kemudian klien dikirim oleh dokter jaga di UGD ke ruang perawatan, Klien masuk ruang perawatan anak, jam 18.00 WIB, di ruang perawatan dilakukan pengkajian oleh perawat ruangan, di dapatkan hasil: klien sesak sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit, tanpa dipengaruhi aktivitas, klien demam dirasakan bersamaan dengan batuk yang terus menerus batuk berdahak, dahak sulit dikeluarkan, riwayat kehamilan normal, menangis spontan dibantu bidan, berat lahir : 3 Kg, panjang lahir : 50 cm, riwayat imunisasi : sekali Hepatitis B, sekali polio, riwayat makanan : ASI sampai dengan 4 bulan, Masalah keperawatan yang muncul yaitu, bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, setelah dilakukan pengkajian keadaan umum klien : lemah, klien sesak, klien sianosis, akral hangat, klien dilakukan pemasangan NGT oleh perawat ruangan, klien sudah diberikan inhalasi (bisolvon 3 tetes dan ventolin 3 tetes + NaCl 0,9% = 10 cc). injeksi ampisilin, 4x 125 mg, gentasilin 2x 12,5 cc.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 30 Juni 2011 jam 19.00 WIB
leukosit 39 ribu/µl, eritosit 3,2 juta/µl, hemoglobin 8,4 g/dl, hematokrit 26%, trombosit 501 ribu/µl.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Ibu klien mengatakan tidak mengalami hiperemesis gravidarum, ibu klien mengatakan saat mengandung dalam keadaan normal, tidak mengalami penyakit infeksi. Tidak mengalami perdarahan pervagina, tidak anemia, tidak preeklamsia, eklamsia, ataupun tidak mengalami gangguan kesehatan pada kehamilan. Dari keterangan ibu klien, saat mengandung selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur setiap bulannya satu kali, pemeriksaan dilakukan oleh Dr. SPOG di Rumah Bersalin dengan hasil pemeriksaan dinyatakan sehat dan tidak ada kelainan, ibu klien diberikan imunisasi TT sebanyak dua kali pada usia kehamilan tiga bulan dan sembilan bulan.

Dari keterangan ibu klien mengatakan usia kehamilan saat melahirkan klien yaitu Sembilan bulan, secara persalinan normal pervagina dan ditolong oleh bidan, pada saat melahirkan keadaan bayi sehat dan langsung menangis kuat, berat badan lahir : 3 Kg, panjang lahir : 50 cm, lingkar kepala tidak terkaji, dikarenakan ibu kien lupa. menurut keterangan ibu klien, sewaktu klien dilahirkan dalam keadaan normal dan tidak mengalami kecacatan, tidak mengalami penurunan berat badan dan setelah , melahirkan klien mendapat Asi sampai usia klien saat ini yaitu 6 bulan.
b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Ibu klien mengatakan bahwa dalam proses tumbuh kembang anaknya, tidak mengalami gangguan, An. A tumbuh dan berkembang sesuai usia saat ini yaitu 6 bulan, An. A sudah bisa berguling dari telentang ke tengkurap, menggenggam ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang.
c. Riwayat yang pernah di derita
Ibu klien mengatakan An. A tidak pernah mengalami penyakit lain.
d. Pernah dirawat dirumah sakit
Ibu klien mengatakan An. A sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Bhudhi Asih tanggal 14 mei 2011 sampai tanggal 18 mei 2011, tetapi dikarenakan ada suatu hal, orang tua klien (ayahnya) meminta klien untuk pulang.
e. Obat-obat
Ibu klien mengatakan An. A tidak mendapatkan obat-obatan.
f. Tindakan (misalnya operasi)
Ibu klien mengatakan An. A tidak pernah mengalami tindakan seperti operasi.
g. Alergi
Ibu klien mengatakan An. A tidak ada riwayat alergi.
h. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan An. A tidak pernah mengalami kecelakaan.
i. Imunisasi
Ibu klien mengatakan An. A pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, DPT I, dan Polio.
j. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola pemenuhan sehari-hari
a) Vitamin
Ibu klien mengatakan An. A belum diberikan vitamin.
b) Pola makan dan minum
Ibu kien mengatakan frekuensi makan dan minum berupa asi dan mibum susu dari ibu, waktu minum susu pagi, siang sampai malam.
2) Pola tidur
Ibu klien mengatakan lama tidur siang kurang lebih 2 jam, kelainan waktu tidur tidak ada, kebiasaan membuat anak nyaman pada waktu tidur yaitu dinyanykan dengan ibunya.
3) Pola aktifitas dan latihan
Ibu kien mengatakan aktivitas klien dirumah yaitu kien sudah bisa menggenggam jari dengan jempol, mengangkat kepala, membedakan suara ibu dan orang lain.
4) Pola kebersihan diri
Ibu kien mengatakan frekuensi mandi tiga kali sehari, menggunakan sabun dan di bantu oleh ibunya.
5) Pola eliminasi
Ibu kien mengatakan frekuensi BAB satu kali sehari dengan waktu tidak tentu, warna kuning, bau khas, konsistensi padat, cara sendiri, tidak pernah diberi obat pencahar, kebiasaan pada waktu BAB tidak ada. BAK frekuensinya kurang lebih 4-5 kali perhari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan dalam BAK, dan kebiasaan dalam ngompol.
6) Pola kebiasaan lain
Ibu klien mengatakan ada kebiasaan klien menggigit jari, menggigit kuku, menghisap jari, dan klen tidak mempunyai kebiasaan mempermainkan genital atau mudah marah.

7) Pola asuh
Selama ini klien diasuh oleh keluarganya terutama ibunya.

4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Susunan keluarga

















b. Riwayat penyakit keluarga
Ayah klien mengatakan pernah mengalami penyakit yaitu sakit paru dan sudah tahu cara penularannya, karena sudah mendapatkan informasi dari puskesmas tempatnya berobat dan tidak ada penyakit yang dialami seperti ginjal, jantung, diabetes militus, hipertensi, kanker, gengguan mental atau alergi.
c. Koping keluarga
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah dalam keluarga.
d. Sistem nilai
Ibu klien mengatakan tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan anaknya.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
a. Resiko bahaya kecelakaan
Ibu klien mengatakan rumahnya dekat dengan jalan raya, rumah klien tidak bertingkat, sedangkan untuk lingkungan rumah klien ramai.
b. Polusi
Ibu klien mengatakan kemungkinan polusi ada, karena rumah klien dekat pinggir jalan, dimana ada polusi asap motor dan mobil yang bisa merusak lingkungan beserta udara.
c. Kebersihan
Ibu klien mengatakan membersihkan rumah setiap hari, seperti ,menyapu lantai, udara yang masuk cukup, lingkungan sekitar klien penuh dengan debu, daun yang berterbangan, rawan banjir.
6. Riwayat kesehatan sekarang
a. Riwayat penyakit sekarang
Klien mulai sakit tanggal 30 Juni 2011 jam 18.00 WIB dengan keluhan batuk, terkadang sesak dan disertai dengan dahak, ibu klien mengatakan terkadang badan An. A terasa panas, terjadinya satu hari sebelum masuk rumah sakit, faktor pencetus terjadinya penyakit dikarenakan awalnya diberikan susu formula, kemudian An. A batuk, kemudian upaya untuk menguranginya memeriksakan klien kepuskesmas, cara masuk klien ke UGD dan dikirim oleh dokter jaga keruang Lantai V Timur.
b. Pengkajian fisik secara fungsional
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan klien batuk, sesak, dahak berwarna kekuningan dan tekadang klien mengalami badan terasa panas.
Data Objektif : Dari hasil pengkajian di dapatkan data suhu : 36,8˚C, nadi : 125 x/menit, pernapasan : 50 x/menit, kesadaran composmentis.

1) Nutrisi dan metabolisme
Data Subjektif : Ibu kien mengatakan, klien menyusui (ASI) melalui NGT kurang lebih 20 cc sekali pemberian, sudah tiga kali pemberian sebanyak 60 cc.
Data objektif : Dari hasil observasi mukosa mulut kering, warna kemerahan tidak lembab, bibir kering, tidak ada kelainan palatum belum ada pertumbuhan gigi, turgor kulit tidak elastis, tekstur tidak ada kelainan. Klien terpasang infus KA-EN I B : 3cc/KgBB/hari = 14 tetes.

2) Respirasi atau sirkulasi
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan, klien sesak, terdapat dahak dan batuk.
Data objektif : Suara pernapasan ronkhi, sesak nafasnya, batuk ya, seputum ada, warna kekuningan, klien menggunakan otot bantu nafas dan menggunakan pernapasan cuping hidung, akral hangat, suhu : 36,8˚C, pengisian kapiler satu detik.

3) Eliminasi
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan perut klien tidak kembung, tidak mules atau nyeri, ibu klien mengatakan klien belum BAB dari kemarin. BAK dengan jumlah dua kali menggunakan pampers, kira-kira 20 cc, tidak ada rasa sakit, nokturia, disuria, hematuria dan inkontenensia.
Data objektif : Dari hasil pengkajian abdomen lemas, tidak tegang, tidak kembung, klien menggunakan pampers.

4) Aktifitas atau latihan
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan tingkat kekuatan/kelemahan lemah, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klien dibantu oleh ibunya, terpasang infus ditangan kanan.
Data objektif : Keseimbangan berjalan tidak dapat dinilai karena klien bedrest, kekuatan menggenggam tangan kanan dan kiri baik, bentuk kaki nomal, tidak lemah, tidak kejang.

5) Persepsi sensori
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan serta pengecapan klien normal, tidak ada gangguan.
Data objektif : Reaksi terhadap rangsang baik, pupil mengecil +/+, konjungtiva anemis, pendengaran dan penglihatan normal.

6) Konsep diri
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan selama sakit, klien tidak bisa bermain dengan sendirinya.
Data objektif : Konsep diri klien tidak terkaji, karena klien masih berusia enam bulan.

7) Tidur atau istirahat
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidur nyenyak dan mempunyai kebiasaan bangun pada malam haringompol.
Data objektif : Tidak ada tanda-tanda kurang tidur, seperti mata cekung, atau kelopak mata hitam.

c. Dampak hospitalisasi
Saat dikaji klien terbaring ditempat tidur, ibu klien mengatakan merasa cemas pada klien dengan kondisinya saat ini.



d. Tingkat perkembangan saat ini.
Dari hasil pengkajian pertumbuhan klien, Berat Badan sebelumnya 4,5 Kg, Berat Badan sekarang 4,8 Kg, Berat Badan Normal 7,5 Kg, Tinggi Badan 63 cm, Lingkar Kepala 40 cm, Lingkar Lengan Atas 12 cm, pertumbuhan gigi belum ada, dari hasil pengkajian ibu klien mengatakan klien sudah bisa berguling, tengkurap, motorik halus: menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang, bahasa: bersuara, tersenyum, sosialisasi baik ada kontak mata.

7. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 30 Juni 2011
Nilai Normal
Leukosit 39 ribu/µl 5-10 ribu/µl
Eritrosit 3,2 juta/µl 4,2-5,4 juta/µl
Hemoglobin 8,4 g/dl 12-14 g/dl
Hematokrit 26 % 37-43 %
Trombosit 501 ribu/µl 150-400 ribu/µl
Laju Endap Darah 90 mm/jam <20 mm/jam

8. Penatalaksanaan
Tanggal 30 Juni 2011
IUFD KA-EN I B 3 cc/KgBB/hr (500cc/72 jam) = 14 tetes/menit
Nebulezer Bisolvon 3 tetes dan Ventolin 3 tetes
Injeksi Ampisilin 4x125 Mg
Injeksi Gentasilin 2x12,5 Mg

9. Data fokus
a. Pengkajian kondisi klien
Klien bernama An. A usia 6 bulan dirawat di RSUD Budhi Asih kamar 510 lantai V Timur. Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 01 Juli 2011 didapatkan hasil
Data Subjektif :
1) Ibu klien mengatakan “An. A batuk” .
2) Ibu klien mengatakan “An. A ada dahaknya”.
3) Ibu klien mengatakan “dahak berwarna kuning”.
4) Ibu klien mengatakan “An. A sesak”.
5) Ibu klien mengatakan “BB sebelumnya 4,5 Kg, BB saat ini 4,8 Kg”.
6) Ayah klien mengatakan “pernah mengalami penyakit paru-paru”.
7) Ibu klien mengatakan “sudah diberikan ASI ±20 cc melalui NGT jam 06.50 WIB”.
8) Ibu klien mengatakan “kemarin sudah di rontgen dan dokter mengatakan hasilnya terdapat flek-flek”.
9) Ibu klien mengatakan “cemas dengan kondisi anaknya saat ini”.

Data Obyektif :
1) An. A tampak sesak.
2) An. A batuk produktif.
3) An. A terpasang oksigen 2 liter/menit.
4) An. A tampak menggunakan otot bantu nafas dan menggunakan pernapasan cuping hidung
5) Mukosa bibir klien kering.
6) Konjungtiva anemis.
7) Suara nafas ronkhi.
8) Akral An. A hangat.
9) Berat badan sekarang 4,8 Kg.
(BB normal 7,5 Kg).
10) LLA : 12 cm
11) Panjang Badan : 63 cm
12) Klien batuk produktif.
13) Sputum klien warna kekuningan.
14) Konsistensi sputum cair.
15) Ibu klien tampak cemas.
16) Ibu kien tampak gelisah.
17) Ibu klien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakit anaknya.

18) Intake
a) Air metabolisme (8cc/KgBB/hari)
8x4,8 = 38, 4 cc
b) Minum ASI
Jam 06.50 = ±20 cc
Jaum 10.15 = ±20cc
Jam 13.15 = ± 20cc
Jam 14.00 = ± 20cc
Jam 14.30 = ±20 cc
Jam 15. 20 = ± 20 cc
Jumlah minum ASI = ±120 cc
c) Infus KA-EN 1 B 1 Kolf/72 jam, 14 tetes/menit (3cc/KgBB/hari). Jumlah 500cc = 167 cc/hari.
19) Out put
Urin = ± 20 cc
IWL = 50 ml/KgBB/hari
50x4,8 = 240 cc
Balance cairan = intake-output
325,4 cc – 260 cc = 65,4 cc
20) TTV : Nadi : 125 x/menit, Suhu: 36,8˚C, RR: 50x/menit.
21) Hasil Laboratorium
Leukosit : 39 ribu/ µl (Normal : 5-10 ribu/µl)
Eritrosit : 3,2 juta/ µl (Normal : 4,2 – 5,4 juta/µl)
Hemoglobin : 8,4 g/dl (Normal : 12-14 g/dl)
Hematokrit : 26% (Normal : 37-43 %)
Tromobsit : 501 ribu/µl (Normal : 150-400 mm/jam)








ANALISA DATA
Nama klien/usia : An. A/6 Bulan
No. Kamar/Ruang : 510/Lantai V Timur
No Data Masalah Etiologi
1 Data Subyektif
a. Ibu klien mengatakan “An. A batuk”.
b. Ibu klien mengatakan “An. A ada dahaknya”.
c. Ibu klien mengatakan “dahak berwarna kuning”.
d. Ibu klien mengatakan “An. A sesak”.
e. Ibu klien mengatakan “kemarin sudah di rontgen dan dokter mengatakan hasilnya terdapat flek-flek”.

Data Obyektif
a. An. A tampak sesak.
b. An. A batuk produktif.
c. An. A terpasang oksigen 2 liter/menit.
d. An. A tampak menggunakan otot bantu nafas dan menggunakan pernapasan cuping hidung.
e. Suara nafas ronkhi.
f. Klien batuk produktif.
g. Sputum klien warna kekuningan.
h. Konsistensi sputum cair.
i. RR: 50x/menit. Tidak efektif bersihan jalan nafas. Produksi sputum.
2 Data subyektif
a. Ibu klien mengatakan “kemarin sudah di rontgen dan dokter mengatakan hasilnya terdapat flek-flek”.
b. Ibu klien mengatakan “An. A batuk”.
c. Ibu klien mengatakan “An. A ada dahaknya”.
d. Ibu klien mengatakan “dahak berwarna kuning”.

Data obyektif
a. An. A batuk produktif.
b. Sputum klein warna kekuningan.
c. Konsistensi sputum cair.
d. Leukosit: 39 ribu/µl.
e. Eritrosit: 3,2 juta/µl
f. LED :90 mm/jam Resiko penyebaran infeksi. Adanya mikroorganisme pada saluran pernapasan.
3 Data subyektif
a. Ibu klien mengatakan “ASI diberikan jam 06.30 WIB ± 20 cc melalui NGT”.

Data obyektif
a. Konjungtiva anemis.
b. Turgor kulit tidak elastis
c. Air metabolisme 38,4 cc.
d. Berat badan sekarang 4,8 Kg.
(BB normal 7,5 Kg).
e. LLA : 12 cm
f. Panjang badan 63 cm
Hasil laboratorium
g. Hemoglobin : 8,4 g/dl
(normal : 12-14 g/dl) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intake yang tidak adekuat.
4 Data subyektif
a. Ibu klien mengatakan “cemas dengan kondisi anaknya saat ini”.
Data obyektif
a. Ibu klien tampak cemas
b. Ibu klien gelisah
c. Ibu klien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakit anaknya. Cemas pada keluarga klien Dampak hospitalisasi
5 Data Subjektif
a. Ibu klien mengatakan “ berat badan An. A saat ini yaitu 4, 8 Kg”
Data Objektif
a. Berat Badan sekarang 4,8 Kg, (normalnya; 7,5 Kg)
b. Panjang badan 63 cm. Gangguan Pertumbuhan Tidak idealnya berat badan.


B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data-data diatas, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan pada An. A adalah sebagai berikut
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sputum
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake yang tidak adekuat.
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya mikroorganisme pada saluran pernapasan
4. Cemas pada keluarga klien berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
5. Gangguan pertumbuhan berhubungan dengan tidak idealnya berat badan.

C. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Diagnosa keperawatan 1
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sputum
Data subyektif : Ibu klien mengatakan An. “A batuk”, Ibu klien mengatakan “An. A ada dahaknya”, Ibu klien mengatakan “dahak An.A berwarna kuning, Ibu klien mengatakan An. A sesak”, Ibu klien mengatakan “kemarin sudah di rontgen dan dokter mengatakan hasilnya terdapat flek-flek”.
Data Obyektif : An. A tampak sesak, An. A batuk, An. A terpasang oksigen 2 liter/menit, An. A tampak menggunakan otot bantu nafas dan menggunakan pernapasan cuping hidung, Suara nafas ronkhi, Klien batuk produktif, Sputum klein warna kekuningan, Konsistensi sputum cair.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas teratasi.
Kriteria hasil : Klien tidak sesak nafas lagi, klien tidak batuk, klien tidak ada dahak. Tanda Tanda Vital klien dalam batas normal (Suhu 36˚C-37˚C, nadi 80-100x/menit, RR:30-40X/menit), klien tidak terpasang oksigen, suara nafas klien normal (vesikuler).
Rencana Tindakan :
a. Kaji tanda-tanda vital klien
b. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada klien.
c. Auskultasi area paru, suara nafas
d. Suction sesuai indikasi
e. Tinggikan posisi kepala klien diatas tempat tidur.
f. Berikan oksigen sesuai program.
g. Berikan ventolin dan bisolvon = 3 tetes, NaCl = 10 cc. selama : 15 menit. 2xsehari.

Pelaksanaan :
Tanggal 01 Juli 2011
Pukul 09. 50 WIB Mengkaji tanda-tanda vital klien Rs: Ibu klien mengatakan badan anak tidak panas. Ro: Suhu: 36,8˚C, nadi :125x/menit,RR: 50x/menit.
Pukul 10.00 WIB Memberikan oksigen 2 liter/menit Rs: Ibu klien mengatakan klien masih sesak. Ro: Klien terpasang oksigen 2 liter/menit.
Pukul 11.00 WIB Mengkaji status pernafasan klien, Rs:-, Ro: Suara nafas klien ronkhi
Tanggal 02 Juli 2011
Pukul 07.15 WIB Mengkaji tanda-tanda vital klien Rs: Ibu kien mengatkan badan anak panas. Ro: Suhu : 37,5˚C, Nadi : 120x/menit, RR:50x/menit, Suara nafas klien klien ronkhi.
Pukul 08.20 WIB Memberikan inhalasi pada klien ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes, NaCl 0,9% = 10Cc. Rs: ibu klien mengatakan klien masih sesak dan terdapat dahak. Ro: ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes, NaCl 0,9% = 10 cc diberikan, sputum warna putih, konsistensi cair.
Tanggal 03 Juli 2011
Pukul 07.00 WIB Memberikan inhalasi pada klien ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes, NaCl 0,9% = 10Cc. Rs: ibu klien mengatakan klien masih sesak dan terdapat dahak, dahak warna putih. Ro: ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes, NaCl 0,9% = 10 cc diberikan, sputum warna putih, konsistensi cair.
Pukul 08.00 WIB Meninggikan posisi kepala klien Rs: - Ro: klien tampak nyaman dengan posisinya.
Pukul 18.00 WIB Memberikan inhalasi pada klien ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes, NaCl 0,9% = 10Cc. Rs: Ibu klien mengatakan klien masih sesak dan terdapat dahak, dahak warna putih. Ro: Ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes, NaCl 0,9% = 10 cc diberikan, sputum warna putih, konsistensi cair.

Evaluasi
Tanggal 02 Juli 2011 Jam 06.50 WIB
S : Ibu klien mengatakan klien masih sesak
Ibu klien mengatakan klien batuk
Ibu klien mengatakan sputum warna putih.
O : Klien tampak sesak.
Klien batuk produktif
Sputum warna putih, konsistensi encer.
TTV klien S: 37,5˚C, N: 120X/menit, RR: 50X/menit.
A : Masalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan
b. Auskultasi area paru, suara nafas
c. Section sesuai indikasi
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Tinggikan posisi kepala klien diatas tempat tidur.
f. Berikan oksigen sesuai program.
g. Berikan inhalasi bisolvon 3 tetes, ventolin 3 tetes, NaCl 0,9 % : 10 cc.

Evaluasi
Tanggal 03 Juli 2011 Jam 07.00 WIB
S : Ibu klien mengatakan “An. A masih sesak, masih batuk, dan masih ada dahaknya”.
O : Klien tampak sesak, Klien batuk, sputum warna putih, konsistensi encer. TTV : Suhu: 37˚C, Nadi : 120x/menit, RR: 50x/menit.
A : Masalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
a. Kaji ulang frekuensi atau kedalaman pernapasan
b. Auskultasi area paru, suara nafas
c. Section sesuai indikasi
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Tinggikan posisi kepala klien diatas tempat tidur.
f. Berikan oksigen sesuai program.
g. Berikan inhalasi bisolvon 3 tetes, ventolin 3 tetes, NaCl 0,9 % : 10 cc.

Evaluasi
Tanggal 03 Juli 2011 Jam 14.00 WIB.
S : Ibu klien mengatakan “klien masih sesak, masih batuk, dan masih ada dahaknya”.
O : Klien tampak sesak, Klien batuk, sputum warna putih, konsistensi encer. TTV : Suhu: 36,5˚C, Nadi : 110x/menit, RR: 50x/meni, Klien terpasang oksigen 2 liter/menit. Suara nafas klien ronkhi.
A : Masalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan
b. Section sesuai indikasi
c. Lakukan fisioterapi dada
d. Tinggikan posisi kepala klien diatas tempat tidur.
e. Berikan oksigen sesuai program.
f. Berikan inhalasi bisolvon 3 tetes, ventolin 3 tetes, NaCl 0,9 % : 10 cc.

Diagnosa keperawatan 2
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Data subyektif : Ibu klien mengatakan belum BAB dari kemarin, Ibu klien mengatakan “ASI diberikan jam 06.30 WIB ± 20 cc melalui NGT”.
Data obyektif : Mukosa bibir klien kering, konjungtiva anemis, turgor kulit tidak elastic, Berat badan sekarang 4,8 Kg, (BB normal 7,5 Kg), LLA : 12 cm, An. A tepasang infuse, ASI = 100 cc, Infus = 167 cc, Hemoglobin : 8,4 g/dl (normal : 12-14 g/dl)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, masalah perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Berat badan klien bertambah, klien tidak terpasang NGT, mukosa bibir klien lembab, turgor kulit baik.

Rencana Tindakan:
a. Auskultasi bising usus
b. Observasi atau palpasi abdomen
c. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
d. Timbang berat badan klien
a. Berikan ASI melalui NGT
b. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.

Pelaksanaan :
Tanggal 01 Juli 2011
Pukul 09.00 WIB. Memberikan ASI melalui NGT Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc.
Pukul 10.15 WIB. Memberikan ASI melalui NGT, Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc.
Pukul 10.35 WIB Menimbang berat badan klien Ro: Berat badan klien 4,8 Kg.
Tanggal 02 juli 2011
Pukul 07.30 WIB Mengauskultasi bising usus klien Rs: ibu klien mengatakan sudah BAB 2 kali. Ro: 8x/menit.
Pukul 08.00 WIB Memberikan ASI melalui NGT Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc.
Pukul 11.20 WIB Memberikan ASI melalui NGT Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc
Pukul 13.50 WIB Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc
Tanggal 03 juli 2011
Pukul 07. 45 WIB Memberikan ASI melalui NGT Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc
Pukul 10. 40 WIB Memberikan ASI melalui NGT Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc
Pukul 11.30 WIB Memberikan ASI melalui NGT Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc
Pukul 14.40 WIB Memberikan ASI melalui NGT Rs: Ibu klien mengatkan makan melalui NGT. Ro: ASI masuk ± 20 cc

Evaluasi
Tanggal 02 Juli 2011 Jam 07.15 WIB
S : Ibu klien mengatakan klien minum susu jam 06.30 WIB ±20 cc
Ibu klien mengatakan klien minum obat pct ±10 cc
O : BB klien 4,8 Kg, ASI jam 06.30 WIB : ±20 cc
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
a. Auskultasi bising usus
b. Observasi atau palpasi abdomen
c. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
d. Berikan ASI melalui NGT : 6x20 cc/NGT.

Evaluasi
Tanggal 03 Juli 2011 Jam 07.20 WIB
S : Ibu klien mengatakan “klien dipuasakan sejak kemarin siang, sampai sekarang, belum BAB”.
O : Mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis, klien terpasang infus KA-EN 1B = 14 tetes/menit.
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
a. Auskultasi bising usus
b. Observasi atau palpasi abdomen
c. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
d. Timbang berat badan klien tiap hari.

Evaluasi
Tanggal 03 Juli 2011 Jam 14.15 WIB.
S : Ibu klien mengatakan “klien dipuasakan sejak kemarin siang, sampai sekarang, belum BAB”.
O : BB klien : 4,8 Kg, mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis, klien terpasang infus KA-EN 1B = 14 tetes/menit.
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
a. Auskultasi bising usus
b. Observasi atau palpasi abdomen
c. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
d. Timbang berat badan klien tiap hari

Diagnosa keperawatan 3
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya mikroorganisme pada saluran pernapasan
Data subyektif : Ibu klien mengatakan “kemarin sudah di rontgen dan dokter mengatakan hasilnya terdapat flek-flek, Ibu klien mengatakan “An. A batuk”, Ibu klien mengatakan An. A ada dahaknya, Ibu klien mengatakan “ An. A dahak berwarna kuning”.
Data obyektif : An. A batuk, Sputum klien warna kekuningan, Konsistensi sputum cair.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah resiko penyebaran infeksi teratasi.
Kriteria hasil : Klien tidak batuk, klien tidak ada dahak, warna sputum normal, leukosit normal (5-10 ribu/µl), trombosit normal (150-400 µl)
Rencana Tindakan :
a. Observasi TTV klien (suhu, nadi, pernapasan)
b. Observasi hasil laboratorium (leukosit, trombosit)
c. Anjurkan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.
a. Pemberian antibiotik
Ampisilin sesuai dengan indikasi dokter
b. Memberikan injeksi melalui intravena sesuai dosis.

Pelaksanaan :
Tanggal 01 Juli 2011
Pukul 10.15 WIB Mengkaji tanda-tanda vital klien Rs: ibu kien mengatkan badan anak panas. Ro: Suhu : 37,5˚C, Nadi : 110x/menit, RR:50x/menit.
Pukul 10. 20 WIB Menganjurkan pada keluarga untuk cuci tangan sebelum kontak dengan klien. Rs: ibu klien mengatakan akan melakukannya. Ro: ibu klien memahaminya.
Pukul 12.00 WIB Memberikan injeksi ampisilin Ampisilin 125 mg di oplos 10 cc = 1,25 cc. Ro: ibu klien mengatakan klien masih batuk, dan sputum warna kekuningan. Ro: tidak ada tanda-tanda infeksi.
Tanggal 02 juli 2011
Pukul 08.15 WIB Memberikan obat paracetamol melalui NGT+air putih = ± 10 cc Rs:- Ro: Pct+air putih=± 10 cc
Pukul 11.50 WIB Memberikan pemberian terapi injeksi ,Ampisilin 125 mg di oplos 10 cc = 1,25 cc.
Tanggal 03 juli 2011
Pukul 08.15 WIB Mengkaji tanda-tanda vital klien. Rs: ibu kien mengatkan panas sudah turun. Ro: Suhu : 36,5˚C, Nadi : 110x/menit, RR:50x/menit.
Pukul 14.00 WIB Mengobservasi hasil laboratorium klien. Leukosit : 23, 9 ribu/µl, hemoglobin : 9,5 g/dl, hematokrit : 30 %, trombosit : 450 ribu/µl.

Evaluasi
Tanggal 02 Juli 2011 Jam 07.00 WIB.
S : Ibu klien mengatakan “klien batuk”.
Ibu klien mengatakan sputum warna putih
O : Klien batuk produktif, warna sputum putih, konsistensi encer.
A : Masalah resiko penyebaran infeksi belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
a. Observasi TTV klien (suhu, nadi, pernapasan)
b. Observasi hasil laboratorium (leukosit, trombosit)
c. Anjurkan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.
d. Berikan terapi injeksi ampisilin 4x125 mg.

Evaluasi
Tanggal 03 Juli 2011 Jam07.05 WIB.
S : Ibu klien mengatakan “klien batuk, dahak berwarna putih”.
O : Klien batuk, warna sputum putih, konsistensi encer.
A : Masalah resiko penyebaran infeksi belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
a. Observasi tanda-tanda vital klien
b. Observasi hasil laboratorium
(leukosit, trombosit)
c. Anjurkan klien cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.

Evaluasi
Tanggal 03 Juli 2011 Jam 14. 10 WIB.
S : Ibu klien mengatakan klien masih batuk, dahak berwarna putih”.
O : Klien batuk, warna sputum putih, konsistensi encer.
A : Masalah resiko penyebaran infeksi belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
a. Observasi tanda-tanda vital klien
b. Observasi hasil laboratorium
(leukosit, trombosit)
c. Anjurkan klien cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.

Diagnosa keperawatan 4
4. Cemas pada keluarga klien berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
Data subyektif : Ibu klien mengatakan “cemas dengan kondisi anaknya saat ini, ibu klien mengatakan pendidikannya hanya sekolah dasar”.
Data obyektif : Ibu klien tampak cemas, ibu klien gelisah, ibu klien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakit anaknya.
Tujuan Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah cemas pada keluarga klien teratasi.
Kriteria hasil : Keluarga klien tidak cemas lagi, keluarga klien tidak gelisah, keluarga klien tidak bingung lagi dengan penyakit anaknya.

Rencana Tindakan :
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Intruksikan agar orang tua klien untuk tetap menemani anaknya.
c. Berikan support pada keluarga
d. Gunakan komunikasi terapeutik
e. Berikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien berupa pendidikan kesehatan.

Pelaksanaan :
Tanggal 01 Juli 2011.
Pukul 13.20 WIB. Memberikan support pada keluarga klien Rs: Keluarga klien mengatakan akan selalu tabah dan kuat. Rs: Keluarga klien tampak gelisah.
Tanggal 02 Juli 2011
08.20 Memberikan support pada keluaraga klien, Rs: Ibu klien mengtakan selalu tabah dan berdoa pada Tuhan supaya klien cepat sembuh. Ro: Ibu klien tampak tenang dan sabar.
Tanggal 03 Juli 2011
Pukul 09.40 Memberikan support pada keluarga, memberikan informasi pada keluarga tentang cara perawatan penyakit klein. Rs: Keluarga klien mengtakan selalu sabar dan tabah, dan hanya berdoa pada Tuhan supaya anaknya cepat sembuh. Ro: Keluarga klien tampak tenang, keluarga klien menyimak saat di berikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.

Evaluasi
Tanggal 02 Juli 2011 Jam 07.20 WIB.
S : Keluarga klien mengatakan “akan selalu tabah”
O : Keluarga klien tampak gelisah.
A : Masalah cemas belum teratasi pada keluarga klien
P : Intervensi dilanjutkan
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Intruksikan agar orang tua klien untuk tetap menemani anaknya.
c. Berikan support pada keluarga
d. Gunakan komunikasi terapeutik
e. Berikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien berupa pendidikan kesehatan.

Evaluasi
Tanggal 03 Juli 2011 Jam 07.25 WIB.
S : Keluarga klien mengatakan “akan selalu tabah dan berdoa pada Tuhan supaya klien cepat sembuh.
O : Ibu klien tampak tenang dan sabar”.
A : Masalah cemas belum teratasi pada keluarga klien
P : Intervensi dilanjutkan.
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Intruksikan agar orang tua klien untuk tetap menemani anaknya.
c. Berikan support pada keluarga
d. Gunakan komunikasi terapeutik
e. Berikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.

Evaluasi
Tanggal 03 Juli 2011 Jam 14.30 WIB
S : Keluarga klien mengtakan “selalu sabar dan tabah, dan hanya berdoa pada Tuhan supaya anaknya cepat sembuh”.
O : Keluarga klien tampak tenang, keluarga klien menyimak saat di berikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.
A : Masalah cemas belum teratasi pada keluarga klien
P : Intervensi dilanjutkan.
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Intruksikan agar orang tua klien untuk tetap menemani anaknya.
c. Gunakan komunikasi terapeutik













BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus pada An. A dengan “ Bronkopneumonia” menggunakan pendekatan asuhan keperawatan, menganalisa faktor-faktor pendukung dan penghambat juga memberikan alternatif pemecahahan masalah atau solusi dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi selama tiga hari dari tanggal 01 Juli 2011 sampai 03 Juli 2011.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari proses keperawatan secara menyeluruh, sebelum melakukan pengkajian, penulis melakukan pendekatan terhadap keluarga dengan cara membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud dan tujuan, pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui observasi secara langsung pada klien yaitu wawancara dengan orang tua klien langsung, pemeriksaan fisik, serta mendapatkan data dari perawat ruangan dan status klien. Dari hasil pengumpulan data, penulis tidak menemukan hambatan karena adanya keterbukaan dari pihak keluarga.

Adapun penyebab bronkopneumonia pada anak adalah pneumokokus sedang penyebab lainnya antara lain: streptococcus pneumoniae, stapilokokus aureus, haemopillus influenza, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Manifestasi kliniknya adalah biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Kadang - kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula – mula kering dan kemudian menjadi produktif.
Pada klien An. A penyebab bronkopneumonia disebabkan oleh mikroorganisme jadi pada teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan.

Pada pertumbuhan dan perkembangan An. A yang berusia 6 bulan mengalami gangguan yang sangat mudah di lihat oleh mata, yaitu berat badan saat ini adalah 4,8 Kg, sedangkan berat badan ideal untuk anak usia 6 bulan adalah 7,5 Kg. Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian adalah adanya kerja sama yang baik dengan keluarga klien dengan perawat ruangan, serta tim medis lainnya, dan tersedianya format pengkajian yang sistemis.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori ada enam diagnosa keperawatan yang muncul yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus, nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru, intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder sekunder terhadap demam dan dan proses infeksi, peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia,

Berdasarkan analisa keperawatan yang telah dirumuskan, diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus An. A adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan produksi sputum, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake yang tidak adekuat resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya mikroorganisme pada saluran pernapasan, cemas pada keluarga berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

Diagnosa keperawatan yang prioritas adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sputum, karena jika jalan nafas tersumbat, akan mengakibatkan sesak bahkan bisa menyebabkan kematian, akibat dari jalan nafas tertutup dan jika dilihat dari hirarki maslow kebutuhan oksigenasi merupakan prioritas dibandingkan kebutuhan dasar manusia lainnya. Jadi diagnosa yang ditemukan di kasus yang sama dengan teori adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, dan perubahan kebutuhan nutrisi kuranga dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Faktor pendukung yang memudahkan penulis menegakkan diagnosa keperawatan adalah diperoleh data-data yang lengkap yang menunjang untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan. Penulis menemukan faktor penghambat dikarenakan ibu klien memberikan informasi yang minimal. Solusinya penulis berusaha untuk tetap menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang klien dengan mempelajari literatur.

C. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap selanjutnya dari proses keperawatan pada tahap awal dilakukan penentuan prioritas masalah yang seharusnya diatasi lebih dahulu, setelah ditentukan tujuan pendekatan dan tindakan keperawatan dan kriteria hasil serta evaluasi. Perencanaaan yang telah penulis susun ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus, tujuan pada perencanaan disusun berdasarkan masalah keperawatan yang timbul sedang kriteria hasil berdasarkan etiologi dari masalah tersebut, begitu juga dengan penyusunan perencanaan.

Dari keempat diagnosa yang muncul, maka penulis memprioritaskan masalah utama berdasarkan prioritas dilihat dari kondisi klien yang mengancam nyawa sesuai dengan kebutuhan hirarki maslow. Maka penulis menyusun perencanaan yang akan diimplementasikan pada klien An. A adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, sehingga untuk menghindari komplikasi tersebut maka penulis menyusun suatu rencana keperawatan dengan: kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan, auskultasi area paru, suara nafas, section sesuai indikasi, lakukan fisioterapi dada, tinggikan posisi kepala ditempat tidur, berikan oksigen sesuai program, berikan terapi obat-obtan bronkodilator melalui inhalasi (pemberian ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes. NaCl 0,9 % : 10 cc) dengan waktu selama 15 menit.

Dalam penyusunan rencana tindakan penulis mempunyai tujuan yaitu agar bersihan jalan nafas menjadi efektif, waktu untuk mencapai tujuan tersebut penulis menetapkan 3 x 24 jam sehingga tercapai kriteria hasil yaitu klien tidak sesak lagi, klien tidak batuk, klien tidak ada dahak, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak terpasang oksigen, suara nafas klien normal (vesikuler). Cara pendokumentasian yang dilakukan untuk mencatat suatu rencana keperawatan yaitu dengan menulis rencana tindakan di format pengkajian dan faktror penunjang, sehingga penulis dapat menulis rencana tindakan yaitu dengan melihat kebutuhan klien dan kondisi klien saat ini, faktor penghambat yang dihadapi dalam menyusun rencana tindakan tidak ada dikarenakan keluarga klien mau menceritakan semua keluhan klien, dan keluarga klien terbuka.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang telah disusun ternyata tidak sama dilakukan pelaksanaan selama 24 jam karena keterbatasan waktu dalam melakukan tindakan tersebut, maka penulis dapat melakukan kerjasama pada perawat ruangan untuk melanjutkan rencana yang tersusun sehingga tindakan tersebut dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan selama 3x24 jam
Diagnosa pertama, penulis melakukan semua intervensi masalah tidak efektif bersihan jalan nafas. diagnosa kedua, penulis juga melakukan semua intervensi masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi, diagnosa ketiga, penulis juga melakukan semua intervensi masalah resiko penyebaran infeksi, diagnosa keperawatan keempat, penulis juga melakukan semua intervensi masalah cemas pada keluarga klien, diagnosa ke lima penulis menambahkan setelah ujian sidang, jadi untuk intervensi dan pelaksanaannya penulis tidak melakukannya, Didalam tahap implementasi penulis tidak menemukan hambatan, penulis membina hubungan yang baik kepada keluarga klien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan untuk mengajukan apakah tujuan yang ditetapakn dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil standar dari masing-masing masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan rencanakan yang ditetapkan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah sudah teratasi.

Dari empat diagnosa yang muncul dikasus, penulis melakukan tindakan keperawatan 4 masalah yang ada pada klien yaitu tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya mikroorganisme pada saluran pernapasan, cemas pada keluarga klien berhubungan dengan dampak hospitalisai. Diagnosa pertama. tidak efektifnya bersihan jalan nafas teratasi sebagian, karena sputum klien masih ada, tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruangan, diagnosa kedua, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi belum teratas,diagnosa ketiga, resiko penyebaran infeksi belum teratasi, tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruangan tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruangan, diagnosa keperawatan keempat, cemas pada keluarga klien, sudah teratasi, tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruangan. Faktor pendukung yang memudahkan dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat ruangan serta tim medis lainnya dan perhatian serta keinginan keluarga klien agar anak cepat sembuh.




















BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada An. A dengan bronkoneumonia sejak tanggal 01 juli 2011 sampai 03 juli 2011 dilantai V Timur Kamar 510 RSUD Budhi Asih Jakarta Timur, maka penulis menyimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat didaerah bronkus dan sekitar alveoli. Pada diagnosa keperawatan ditemukan empat masalah keperawatan pada An. A antara lain : Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya mikroorganisme pada saluran pernapasan, dan cemas pada keluarga berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

Pada rencana tindakan yang penulis lakukan adalah observasi tanda-tanda vital, kaji suara pernafasan klien, berikan oksigen sesuai indikasi, suction sesuai indikasi, lakukan fisioterapi dada, pemberian nebulizer, observasi hasil laboratorium, pemberian antibiotik (ampisilin ) sesuai indikasi dokter, auskultasi bising usus, timbang berat badan klien tiap hari, berikan support pada keluarga klien,dan berikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.

Pelaksanaan yang sudah dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji suara pernafasan klien, memberikan oksigen sesuai indikasi, melakukan fisioterapi, melakukan pemberian nebulizer (inhalasi), mengobservasi hasil laboratorium, memberikan antibiotik (ampisilin 125 mg atau 1,25 cc) sesuai indikasi dokter, mengauskultasi bising usus, menimbang berat badan klien tiap hari, memberikan support pada keluarga klien,dan memberikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.


Evaluasi akhir yang telah penulis peroleh dalam asuhan keperawatan yaitu ada empat diagnosa keperawatan yang muncul, sebagian masalah belum teratasi, dan tujuan belum tercapai.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menganggap perlu adanya saran-saran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Adanya saran-saran untuk memperbaiki pihak yang terkait antara lain:
1. Keluarga Klien
Keluarga klien diharapkan dapat merawat anggota keluarga yang menderita penyakit bronkoneumonia, mampu menjaga kebersihan lingkungan seperti tempat sampah, kebersihan lantai, kebersihan tempat tidur, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan, mencuci tangan setelah BAB, menjaga pola hidup bersih sehat, dan lain-lain sehingga anggota lain terhindar dari penyekit bronkoneumonia.
2. Mahasiswa
a. Mahasiswa harus mampu menguasai konsep brokopneumonia dengan mencari dan mempelajari literatur dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia.
b. Mahasiswa mampu berkomunikasi secara terapeutik kepada keluarga klien sehingga mahasiswa mendapat data selengkapnya dan melakukan implementasi.
c. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan perawat ruangan, untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.

DAMUZ ZEBAOTH
(085814939658)

1 komentar:

  1. DAFTAR PUSTAKA


    Betz L. C & Sowden A. L. (2009) Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5. Jakarta : EGC.
    Narendra, B.M, dkk. (2002). Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: IDAI.
    Ngastiyah. (2005) Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
    Riyadi, Sujono & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
    Hidayat A. A Alimul, (2008) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.
    Wong, D L . (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Edisi keempat. Jakarta: EGC.

    BalasHapus