Halaman

Sabtu, 29 Januari 2011

PROPOSAL PK

Proposal terapi aktifitas kelompok
Mengontrol Perilaku Kekerasan
A. Topik
Mengontrol perilaku kekerasan (TAK MPK) dengan 5 cara, yaitu:
1. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut
2. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara memukul bantal atau kasur
3. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara menolak dengan baik, meminta dengan baik dan mengungkapkan dengan baik (berbincang-bincang dengan perawat)
4. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara berdoa dan sholat
5. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara olahraga.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain dan klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri dengan nada rendah
b. Klien mampu mengucapkan salam
c. Klien mampu menjelaskan pengertian perilaku kekerasan
d. Klien mampu mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan, (pada kartu yang berisi pertanyaan. yaitu:
1. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut
2. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara memukul bantal atau kasur
3. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara menolak dengan baik, (/berbincang-bincang dengan perawat)
4. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara berdoa dan sholat
5. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara olah raga.
C. Landasan Teori
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Penyebab perilaku kekerasan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
Membicarakan gangguan jiwa tidak dapat meninggalkan pembicaraan tentang gangguan psikologi seseorang. Melalui terapi aktivitas kelompok pasien dengan gangguan jiwa dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan.
Dampak dari gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan dapat mempengaruhi kondisi pasien yang lain. Adapun ciri-ciri atau keadaan pasien yang perilaku kekerasan pada gangguan jiwa, yaitu:
1. Frustasi: seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan atau keinginan yang diharapkannya menyebabkan pasien menjadi frustasi. Pasien merasa terancam dan cemas jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, mudah tersinggung, mudah marah.
3. Kebutuhan akan status dan prestise: manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
4. Tanda yang lainnya yaitu: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula memaksakan kehendak dan memukul jika tidak senang
Pada seseorang yang gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan akan mengalami gangguan emosi yang tidak dapat dikontrol. Walaupun demikian, selama pasien dirawat dirumah sakit, kegiatan stimulasi psikologi tentang perilaku kekerasan masih harus tetap dikontrol untuk menjaga agar tidak berpengaruh kepada orang lain, diri sendiri maupun lingkungan. Disamping itu untuk mengontrol perilaku kekerasannya dalam mengontrol perilaku dan emosi pasien, serta dapat melakukan cara-cara tentang mengontrol perilaku kekerasan, dengan keadaan tersebut perlunya di adakan terapi aktivitas kelompok yang bertujuan untuk mengontrol perilaku kekerasan.
Dari hasil pemantauan diruangan belimbing RS DUREN SAWIT, ditemukan pasien dengan gangguan jiwa kelompok menemukan adanya dampak perilaku kekerasan pada pasien yang dirawat di lantai 2 pada ruang belimbing khususnya pada pasien dengan perilaku kekerasan, yaitu: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula memaksakan kehendak dan memukul jika tidak senang
Sesuai dengan adanya dampak perilaku kekerasan tersebut diatas maka kelompok tertarik untuk memberikan terapi aktifitas kelompok pada pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan di ruang belimbing lantai 2 agar dapat mengontrol perilaku kekerasannya baik dirumah sakit maupun dirumahnya.

D. Klien
1. Karakteristik Klien
TAK perilaku kekerasan diberikan kepada klien dengan gangguan perilaku kekerasan yang meliputi:
a. Klien tidak mengalami gangguan fisik
b. Klien bisa membaca
c. Klien dengan resiko perilaku kekerasan
d. Klien yang sudah bisa diajak berinteraksi dan kooperatif


2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan resiko perilaku kekerasan diruang belimbing RS DUREN SAWIT
b. Mengidentifikasi klien berdasarkan karakteristik resiko perilaku kekerasan
c. Informasi dari perawat ruangan
d. Hasil diskusi kelompok
e. Kontrak dengan klien yaitu bersedia mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan tempat dan waktu
E. Pengorganisasian
1. Tempat : Ruang belimbing RSDS
2. Hari/tanggal : Kamis, 13 januari 2011
3. Waktu : 09.00-09.45 WIB
4. Lamanya : 45 menit
5. Jumlah anggota kelompok : 10 orang
a. Tn. Muradi
b. Tn. Heru.
c. Tn. Tono
d. Tn. Darminto
e. Tn. Ahmad Sukari
f. Tn. Rohmani
g. Tn. Lirun
h. Tn. Danu
i. Tn. Ahmad Zaini
j. Tn. Rizal

Cadangan pasien, yaitu:
k. Tn. Bayu
l. Tn. Usmanto.
6. Pengorganisasian
a. Leader: Sudi Amus
Tugas:
1. Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota tim terapi
2. Menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan
3. Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan
4. Mengorganisasi keputusan yang diambil dalam kelompok
5. Sebagai role model.

b. Co. leader: Romana Sofiana
Tugas:
1. Menyampaikan informasi tentang proses TAK pada leader dan fasilitator
2. Mengingatkan leader jika permintaan menyimpang
3. Mengingatkan lamanya waktu pelaksanaan (30 menit)
4. Bersama leader member bentuk kerja, contohnya kegiatan
5. Menggantikan leader jika berhalangan (tidak hadir)

c. Fasilitator: Wati widya wati.
Tugas:
1. Memotivasi peserta yang kurang aktif
2. Menjadi contoh anggota kelompok selama kegiatan
3. Bertanggung jawab dan mengantisipasi masalah

d. Observer: Romana Sofiana
Tugas:
1. Mengamati proses kegiatan
2. Mencatat perilaku verbal dan non verbal anggota kelompok dan melaporkan hasil pengamatan kepada leader (semua anggota kelompok sebagai evaluasi kelompok)
3. Menilai jalannya TAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar