Halaman

Minggu, 06 Februari 2011

LAPORAN PENDAHULUAN Isolasi sosial menarik diri

LAPORAN PENDAHULUAN
Isolasi sosial menarik diri

I. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana indifidu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu membuat kontak.
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami indifidu karna orang lain menyatakan sikap yang negative dan mengancam.
Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Kesimoulan : isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana indifidu tidak mau mengadakan interaksi terhadap komunitas disekitarnya, atau sengaja menghindari untuk berinteraksi yang dikarnakan orang lain atau keadaan disekitar diangap mengancam bagi indifidu tersebut.
II. Proses terjadinya masalah
a. Factor predisposisi
1. Factor perkembangan
kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang.
Setiap tahap tumbuh kembang memilki tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses, karna apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)pada bayi akan membari rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.

2. Factor biologi
Genetic adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa, fakor genetic dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive ada bukri terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini namun tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

3. Factor sosial budaya
Factor sosial budaya dapat menjadi factor pendukung terjadinya ganguan dalm membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota keluarga, yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain.

4. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal yang negative akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.

b. Factor predisposisi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan indifidu untuk brhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.

1. Stressor sosial kultur
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluar dan berpisah dengan orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit.

2. Stressor psikologis
Ansietas berkepanjangan terjadi bersama dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasi tuntutan untuk berpisah dangan orang terdekat atau kebanyakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi.

c. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme koping yang sering digunakan pada menarik diri adalah proyeksi dan represi :
- Proyeksi adalah keinginan yang tidak dapat ditoleransi ,mencurahkan emosi kepada oranglain,. Karena kesalahan yang dilakukan sendiri.
- Regresi adalah menghindari setres,kecemasan dengan menampilkan prilaku kembali seperti pada perkembangan anak.
- Represi adalah menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau komflik atau ingatan dari kesadaran yang cendrung memperkuat mekanisme ego lainya

d. Rentang respon

Manusia adalah mahluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif, hubungan interfersonal yang sehat terjadi. Jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan sementara identitas peribadi masih tetap dipertahankan.
Jika perlu untuk membina perasaan saling tergantung yang merupakan kesimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan
Perilaku yang teramati pada respon sosial maladaftip mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan,malu,rasa bersalahdan merasa tidak aman.
Sering kali respon yang terjadi meliputi menipulasi , narkisme infulsip

Rentang Respon Sosial
Respon adaptif Respon maladaptif

-solitut - kesepian - manipulasi
- otonomi - menarik diri - impulsive
- kebersamaan - ketergantungan - narkisme

( stuart & sundden )

- Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaaan yang berlaku dimana individu tersebut menyelesaikan masalahnya masih dalam bata normal.
- Respon maladaptive adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalahnya.yang sudah menyamping dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.prilaku yang berhubungan dengan respon sosial maladaptive, adalah menipulasi, impulsive dan narkisme , prilaku yang brhubungan dengan respon sosial maladaptive, adalah menipulasi , impulsive dan narkisme prilaku yang berhubungan dengan respon sosial mal adaptif

Prilaku Karakteristik
Manipulasi




impulsif Orang lain diperlukan sebagai objek berpusat pada masalah pengendalian, individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain

Tidak mampu merencanakan sesiatu tidak mampu belajar dari pengalaman dan pujian, sikap egoism, pecemburu, marah jika orang lain tidak mendukung


e. Klasifikasi jenis dan sifat masalah
Resiko halusinasi
Ds : klien mengatakan sering mendebgar suara-suara
Do : klien tanpak berbicara dan tertawa sendiri
Isolasi sosial
Ds : klien mengatakan lebih senang sendiri
Do : klien tanpak menyendiri
Gangguan harga diri rendah
Ds : klien mengatakan dirinya tidak berguna bagi orang lain
Do : klien tanpak diam

III. Pohon masalah


Gangguan sensori presepsi “halusinasi”

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri “ harga diri rendah”

IV. Diagnose keperawatan
1. Isolasi sosial menarik diri
2. Ganguan konsep diri : harga diri rendah
3. Resiko ganguan sensori persepsi : halusinasi

V. Rencana tindakan keperawatan
Isolasi sosial menarik diri
a. Tujuan umum
Tidak terjadi isolasi sosial menarik diri
b. Tujuan khusus :
 Membina hubungan saling percaya
 Menyebutkan penyebab menarik diri
 Menyebutkan euntungan bergaul dengan orang lain
 Melakukan hubungan sosial (scara bertahap)
 Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
 Memberdayaka system pendukung
 Mengunakan obat dengan tepat dan benar

c. Intervensi keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya
 Beri salam atau pangil nama
 Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
 Jelaskan maksud tujuan interaksi
 Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
 Beri rasa aman dan sikap empati
 Lakukan kontak singkat tapi sering

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien mulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik
 Setiap bertemu klien hindari memberikan penilaia yang negative

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
 Diskusikan pula kemampua yang dapat dilnjutkan pengunaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit

4. Klien dapat menetapkan atau merenanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
 Rencanakan bersama klien tentang aktifitas yang akan dilakukan sesuai dengan kemampuan klien
 Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi klien
 Beri contoh cara pelaksanaanpada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampun klien
 Beri kesempatan pada klien untu mencoba kegiatan yang telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan
 Diskusikan tentang pelaksanaan dirumah

6. Lien dapat memamfaatkan system pendukung yang ada
 Beri pendidika kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan isolasi sosial
 Bantu kluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah

7. Mengunakan obat yang tepat dan benar
 Bantu klien mengunakan obat dengan pirinsip 5 benar (obat, cara, dosis, waktu, klien)
 Anjurkan klien membicaakan efek samping obat yang dirasakan

















Daftar pustaka

 Carpenito, Lynda jual (2001). Buku saku saku diagnose keperawatan edisi 8, Jakarta: EGC

 Fik ui (1998) ganguan konsep diri pada klien ganguan fisik di rumah sakit umum, jakarta :tim kesehatan jiwa

 Hamid (1998) buku ajar askep jiwa pada anak dan remaja, Jakarta : widya medika

 Keliat, budi anna (1998)proses keperawatan jiwa Jakarta ; EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar