Halaman

Minggu, 06 Februari 2011

RISET DAMUS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan semakin meningkatnya pendapatan seseorang biasanya akan merubah gaya hidupnya menjadi kebarat-baratan. Pemandangan seperti ini banyak dijumpai di kota-kota seperti banyak dijumpai Restoran Fast Food, Fried Chicken, Pizza Hut dan lain-lain yang dengan mudah menggeser pola makan masyarakat. Makanan yang disajikan direstoran umumnya memiliki kandungan tinggi lemak dan tinggi protein. Dan juga seseorang terlalu sering mengkonsumsi makanan tersebut dikhawatirkan lebih mudah terserang penyakit hipertensi dan penyakit lainnya (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
Begitu pula dengan masyarakat di daerah pedalaman atau pegunungan yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani mempunyai peluang menderita hipertensi karena mempunyai kebiasaan makan yang dominan berasa asin dan senang makanan yang bersantan kental sehingga tidak menutup kemungkinan walaupun tinggal dikota ataupun di Pedesaan potensial menderita hipertensi (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
Dengan demikian masyarakat harus mengetahui apa yang disebut hipertensi atau tekanan darah tinggi tersebut. Hipertensi atau tekanan darah merupakan tekanan darah yang melebihi normal atau mempunyai tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg (Rokhaeni H, 2002).
Hipertensi disebut juga "The Sillent Disease" karena tidak menunjukkan tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar oleh karena itu salah satu cara mendeteksi adalah dengan memeriksakan diri secara teratur (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
Di negara maju seperti Amerika Serikat diperkirakan 20% mengalami tekanan darah tinggi, dari 57 Juta penduduk Amerika sebanyak 90% kasus Hipertensi penyebabnya tidak diketahui secara pasti (Suyono,2001)
Menurut Purwati Saliman, Rahayu, (2004) Hipertensi lebih sering diitemukan pada Usia lanjut dan diperkirakan 23% wanita dan 14% pria lebih dari 65 tahun karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi organ secara keseluruhan seperti pada jantung terjadi kekakuan pembuluh darah, sehingga memacu jantung bekerja lebih keras dan menimbulkan hipertensi. Dan menurut para ahli angka kematian akibat penyakit jantung dengan hipertensi adalah 3 x lebih sering dibandingkan usia lanjut tanpa hipertensi pada usia yang sama. Kota Jakarta prevalensi hipertensi didapatkan angka 14,2% dan Sukabumi didapatkan prevensi 28,6% dari penduduk yang ada. Kalau didapatkan ditinjau dari perbandingan pria dan wanita ternyata wanita lebih banyak yang menderita hipertensi seperti di Semarang didapatkan 7% pria dan 10,8% wanita dan lebih banyak ditemukan pada daerah pertanian seperti di Bali sekitar 11,57% yang menderita Hipertensi (Suyono, 2001).
Mengingat fatalnya akibat hipertensi perlu upaya pencegahan hipertensi. Ada beberapa cara pencegahan yaitu cara farmakologis dan non farmakologis. Beberapa cara non farmakologis antara lain perubahan gaya hidup meliputi menghindari rokok, olah raga, menghindari alkohol, dan pola makan yang baik bagi penderita hipertensi (Beevers.D.G. 2002).
Berdasarkan fenomena diatas upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi melalui pola makan sangat penting seperti dengan mengurangi konsumsi lemak, mengurangi garam mengurangi kalori bagi penderita yang obesitas, dan makan makanan yang tinggi serat. Seperti dengan diet rendah garam menurunkan tekanan darah yang bila seseorang mengkonsumsi garam yang berlebihan selama bertahun-tahun dapat meningkat tekanan darah karena meningkatkan kadar natrium dalam sel-sel otot halus pada dinding akteri. Kadar natrium yang tinggi memudahkan masuknya kalsium dalam sel dan hal ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah menyempit sehingga tekanan meningkat dan timbul hipertensi. (Beevers.D.G. 2002).
Berdasarkan hasil laporan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa Mahasiswa Akper Royhan Jakarta 2010 di RW 03 Kelurahan Cilangkap terdapat 34 kasus hipertensi pada usia lanjut dan belum diketahui pola makannya, sehingga perlu dikaji pola makan yang selama ini telah dilakukan oleh klien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat di rumuskan pertanyaan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran sikap klien hipertensi tentang penatalaksanaan terapi (diet) di wilayah kerja Puskesmas Cilangkap”? .


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi bagaimanakah gambaran sikap klien hipertensi tentang penatalaksanaan terapi (diet) di wilayah kerja Puskesmas Cilangkap.

2. Tujuan Khusus
Untuk memperoleh informasi tentang gambaran sikap klien hipertensi tentang penatalaksanaan terapi (diet).

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat : Dengan mengetahui pengelolaan secara mandiri melalui pola makan yang benar penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah dan memelihara kestabilan tekanan darah.
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan : Melalui hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai studi pendahuluan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pola makan klien dengan hipertensi atau gambaran sikap klien hipertensi tentang penatalaksanaan terapi (diet).
3. Bagi penulis : Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan aplikasi riset keperawatan tentang gambaran pola makan klien dengan hipertensi atau gambaran sikap klien hipertensi tentang penatalaksanaan terapi (diet).
E. Ruang lingkup
Penelitian ini hanya di lakukan pada klien hipertensi Puskesmas Cilangkap dari bulan Agustus sampai September 2010.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer A, 1999).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Tretment of High Blood Preasure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan klasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologis yang dapat di kenali, seringkali dapat di perbaiki. (Doengoes M.E,2000)
Menurut WHO (1987) batas tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah yang sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (Suyono, 2001).
2. Patofisiologi
Hipertensi dapat terjadi jika kenaikan curah jantung dan tekanan perifer total, dan disebabkan juga oleh meningkatnya kadar epineprin plasma, sehingga memberikan efek pada sistem kardiovaskuler, oleh karena itu akan terjadi perubahan fungsi pada sistem pengendalian darah karena tidak berfungsinya reflek baroreseptor atau reflek kemoreseptor, sehingga pusat vasomotor dibatang otak menjadi hiperaktif. Dan melalui saraf simpatis ke jantung dan di lain pihak pada pembuluh darah menyebabkan perubahan diameter yang semakinmenyempit sehingga tekanan perifer meningkat. (Ibnu Mar’ud, 1992).
3. Penyebab Hipertensi
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum diketahui dengan jelas disebut dengan hipertensi primer dan terdapat 95% dari kasus hipertensi (Mansjoer A,1999). Namun beberapa ahli telah mengungkapkan ada 2 faktor yang mempermudah terkena hipertensi yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain pertama adalah keturunan karena satunya menderita hipertensi mempunyai resiko lebih besar untuk menderita hipertensi. Kedua adalah jenis kelamin pada umumnya yang mudah diserang adalah kaum laki-laki dari pada wanita karena laki-laki mempunyai faktor resiko lebih banyak seperti stress, kelelahan, merokok dan lain-lain. Ketiga adalah umur pada umumnya terjadi pada pria terjadi diatas usia 31 tahun, sedang pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun. (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
Sedangkan faktor yang dapat dikontrol pada umumnya berhubungan dengan gaya dan pola makan yaitu pertama kegemukan, dari hasil penelitian orang yang gemuk lebih mudah terkena hipertensi. Faktor yang kedua adalah kurang olah raga yang umumnya cenderung mengalami kegemukan, dan kegemukan dan dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah. Faktor yang ketiga yaitu merokok dan mengkonsumsi alkohol karena nikotin dalam rokok dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh dan pengapuran dalam dinding pembuluh darah, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.
Sedangkan alkohol dapat meningkatkan sinteris katekolamin dan katekolamin dalam jumlah besar dapat memicu tekanan darah. Faktor yang keempat yaitu mengkonsumsi garam yang berlebihan karena selain dari garam dapur semua makanan mengandung garam dan diperkirakan ¼ sampai 1/3 dari garam yang dikonsumsi terdapat secara alamiah pada makanan itu sendiri. Selain konsumsi garam juga dapat diakibatkan dari konsumsi kolesterol dan lemak yang berlebihan (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh adanya penyakit dan terjadi sekitar 5% kasus, hipertensi sekunder dapat diakibatkan oleh penggunaan ekstrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme, sindroma chusing, feokromasitoma koarctasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Manjoer A,1999).
4. Manifestasi Klinis
Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai keluhan,
tetapi beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah, epistaxis, kelemahan otot, pandangan kabur dan perubahan mental (Rokhaeni, 2002).

5. Komplikasi
Beberapa komplikasi atau efek samping dari hipertensi dapat terjadi penyakit pembuluh darah atau stroke akibat tingginya tekanan darah yang membuat pergeseran dinding pembuluh darah otak kemudian pecah sehingga darah mengalir keluar dari pembuluh darah (Transient Ischaemic Atack/TIA). Penyakit jantung yaitu infart myocard, gagal jantung karena otot jantung dipaksa untuk bekerja berat untuk memompa darah, angina pectoris terjadi penyempitan pembuluh darah akibat pengapuran sehingga aliran darah berkurang. Gagal ginjal yaitu kerusakan pembuluh darah ginjal akibat hipertensi menahun dan atherosclerosis. Sedangkan penyakit pada mata seperti adanya oedema pupil, penebalan retina dan pendarahan retina (Price A Sylvia, 1998).
Tekanan darah pada kondisi tertentu dapat meningkat pada usia lanjut terutama pada usia 60 tahun keatas karena pada usia ini fungsi organ tubuh secara keseluruhan menurun terutama fungsi ginjal dan hati. Hipertensi pada kehamilan juga banyak terjadi yaitu menurut Eillen (1996) hipertensi mempengaruhi sekitar 10-25% pada wanita pertama kali hamil darahnya mencapai 140/110 termasuk ringan dan bila lebih dari 170/110 mmHg termasuk sedang dan bila lebih dari 170/110 mmHg termasuk berat. Hipertensi pada kehamilan perlu secepatnya diatasi untuk menghindari terjadinya komplikasi pada ibu dan janin (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).


6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara cephalocaudal dimulai pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pemeriksaan mata yaitu pada retina dan pupil. Pemeriksaan pada leher meliputi pembendungan vena jugularis. Pemeriksaan paru-paru meliputi pernafasan yaitu irama, frekuensi, suara nafas, bunyi nafas tambahan. Pemeriksaan jantung meliputi tekanan darah minimal diukur 2 kali dengan tenggang waktu 2 menit dalam posisi berbaring atau duduk dan posisi berdiri sekurang-kurangnya setelah 2 menit. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada 2 sisi lengan dan jika nilainya berbeda maka nilai yang tertinggi yang diambil kemudian diperiksa juga mengenai denyut jantung, suara jantung, bising jantung. Pada abdomen diperiksa penunjang yang dilakukan pemeriksaan reflek dan adanya oedema (Rokhaeni, 2002).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang yaitu dilakukan pemeriksaan laboratorium dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan untuk menetukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya urine analisa, pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, klien kreatinin, protein urine 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, ECG serta Eko Kardiografi (Mansjoer A. 1999).



8. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah dan secara langsung akan menurunkan morbilitas dan mortalitas. Pengobatan pada hipertensi ada 2 macam yaitu pengobatan farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan non farmakologis antara lain perubahan gaya hidup meliputi perubahan pola makan seperti diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas diet tinggi garam (Purwati, Salinan Rahayu, 2004). Kemudian mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok, mengurangi berat badan bagi penderita yang obesitas, meningkatkan aktivitas fisik, oleh raga teratur, menghindari ketegangan, istirahat cukup, berdoa, selain dari segi nonfarmakologis pengobatan farmakologis juga dibutuhkan (Rokhaeni, 2002).
9. Pengertian Pola Makan
Pola makan adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan faktor- faktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Pola makan tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kebiasaan, kesenangan, agama, ekonomi, lingkungan sesuatu yang kompak yag dapat disebut sebagai pola konsumsi (Santoso, 1999).
Dari pengertian tentang pola diet tersebut memerlukan landasan pengetahuan tentang makanan sehat bergizi dalam memenuhi konsumsi sehari-hari. khususnya bagi setiap individu pendidikan gizi sulit berhasil bila tidak disertai peningkatan pengetahuan mengenai sikap, kepercayaan, dan nilai dari masyarakat. Disamping itu makanan biasanya mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang. Rasa suka akan suatu makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh pada saat makan makanan tersebut sebelumnya. Hal ini kemudian akan membentuk kebiasaan makan yaitu suatu pola perilaku konsumsi pangan yang terjadi berulang-ulang.
10. Pola Makan Pada Klien Hipertensi
Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya dengan mengurangi konsumsi garam/diet garam rendah, diet rendah lemak, dan diet rendah kalori bila obesitas serta diet tinggi serat (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
a. Diet Rendah Garam
Diet rendah garam mempunyai 2 tujuan yaitu pertama untuk menurunkan tekanan darah dan yang kedua untuk mencegah oedema dan penyakit jantung. Selain itu untuk menghilangkan retensi air atau garam dalam sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Bagian Gizi RSCM dan persatuan ahli gizi Indonesia, 1999). Diet rendah garam dibagi dalam 3 kategori yaitu diet rendah garam I (200-400 mg natrium), diet rendah garam II (600-900 mg natrium) dan diet rendah garam III (1000-1200 mg natrium). Adapun secara lengkap dalam pemasakannya dan contoh pada lampiran 3.
Dalam diet rendah garam, selain membatasi konsumsi garam dapur, juga harus membatasi sumber garam lainnya. Sumber garam lain antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan yang terdapat pada saos, kecap, jelly, selai serta makanan yang dibuat dari mentega, serta obat yang mengandung Natrium. Bagi penderita hipertensi biasakan dalam penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Secara umum penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yang sedang menjalani diet pantang garam harus memperhatikan beberapa hal antara lain jangan menggunakan garam dapur, baik untuk penyedap masakan atau dimakan langsung, hindari makanan yang diawetkan yang diolah menggunakan garam, hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan atau tambahan atau penyedap rasa seperti saos, batasi penggunaan penyedap rasa untuk menambah kelezatan makanan, hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium, batasi konsumsi bahan makanan hewani ataupun nabati yang tinggi kadar natriumnya, batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
b. Diet Rendah Kolesterol dan lemak
Kolesterol merupakan bagian dari lemak dan didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari dan hasil sintesis dalam hati. Sekitar 25-50% kolesterol yang dimakan dapat diabsorbsi oleh tubuh, selebihnya akan dibuang melalui faeces. Jika konsumsi kolesterol berlebihan penyerapan didalam tubuh juga meningkat. Dalam makanan lemak terdiri dari 2 macam lemak yaitu lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak jenuh bersifat menaikan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lemah jenuh banyak terdapat pada makanan yang berasal dari hewan dan sebagian kecil tumbuh-tumbuhan. Lemak tak jenuh cenderung menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah dan banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan seperti minyak keledai dan lain-lain . (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
c. Diet Tinggi Serat
Serat dikenal ada 2 macam yaitu serat kasar dan serat makanan. Serat kasar terdapat pada buah dan sayuran, serat makanan terdapat pada selain buah dan sayuran serta umbi-umbian.
Menurut Purwati, Saliman, Rahayu (2004) bahwa dokter ahli serat makanan, Dr. James A. dari Amerika Serikat mengungkapkan bahwa serat kasar dapat mencegah tekanan darah tinggi, serat ini akan mengikat kolesterol maupun asam empedu dan membuangnya melalui faeces, keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat cukup tinggi.
Berdasarkan hal diatas penderita hipertensi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan tinggi serat antara lain golongan buah-buahan, golongan sayuran segar. Karena pemberian makan yang masih segar seperti buah dan sayuran segar dapat menganti kalium yang banyak keluar akibat pemberian diuretik (Courtney M 1997). Selain itu dapat juga diberikan golongan protein nabati, susu tanpa lemak dan makanan lain seperti agar-agar dan rumput (Purwati, Saliman,Rahayu, 2004).
e. Diet Kalori
Untuk penderita hipertensi yang mempunyai berat 60 dan berat badan diatas normal dianjurkan untuk menurunkan berat badannya dengan pembatasan kalori dan perlu diperhatikan masukan kalori dikurangi 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram / ½ kg berat badan perminggu, menu makanan harus seimbang dan memenuhi zat gizi seperti protein, vitamin dan mineral, selain itu perlu melakukan aktivitas olah raga ringan. (Purwati, Saliman,Rahayu, 2004).
B. Penelitian Terkait
Penelitian terkait pada penelitian ini diantaranya Elvin Artha Maria Istinah, (2006) Hubungan Sikap Dengan Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Terhadap Penatalaksanaan Diit di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (47,3%) berpengetahuan kurang baik dan 56.3% bersikap tidak mendukung terhadap penatalaksanaan terapi diit. Ada hubungan antara sikap dengan tingkat pengetahuan penderita hipertensi terhadap penatalaksanaan terapi diit dengan nilai signifikansi 0,00. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan peningkatan penyuluhan demi peningkatan pengetahuan masyarakat sehingga terbentuk sikap yang mendukung penatalaksanaan terapi diit pada penderita hipertensi.







GAMBARAN SIKAP KLIEN HIPRTENSI TENTANG PENATALAKSANAAN TERAPI DIET
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CIPAYUNG JAKARTA TIMUR



KARYA ILMIAH



Disusun Oleh :

SUDI AMUS
(08095)




AKADEMI KEPERAWATAN ROYHAN
JAKARTA
2010




BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan justifikasi terilmiah terhadap penelitian yang dilakukan yang memberi landasan kuat terhadap judul yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya. (haimul h ; 2007).

B. Definisi Operasional
Operasional adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilakanakannya penelitian.
Variable Definisi Operasional Alat ukur Skala Hasil ukur
Sikap Sikap adalah suatu tingkatan kecendrungan yang bersifat positif atau negative seseorangpada yang seharusnya dilakukan Kuisioner dengan skala Guttman Ordinal Positif atau negatif



BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian observasional deskriptif survey yaitu dengan cara deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.
4.2 Definisi Operasional
Hipertensi adalah penderita yang mempunyai tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada usia lebih dari 31 tahun untuk laki-laki dan lebih dari 45 tahun untuk perempuan.
Tekanan darah pada hipertensi adalah tingginya tekanan darah pada penderita saat diukur yang berhubungan dengan pola makan penderita.
Pola makan adalah kebiasaan makan pada penderita hipertensi baik jenis, jumlah, frekwensi, isi, kesukaan dan jarak.

4.3 Sampling Desain
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generralisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (sugiono, 2003;55).
Adapun populasi pada penelitian ini adalah terdapat 50 jiwa klien yang mengalami hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Cipayung Jakarta Timur.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap memiliki seluruh populasi (noto admojo,1993;75)
4.3.2.1 Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk ditelti.
Pada penelitian ini yang masuk dalam pertimbangan kriteria inklusi yaitu :
1) klien yang mengalami penyakit hipertensi
2) klien yang dapat baca tulis


b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau tidak layak untuk diteliti
Pada penelitian ini, yang termasuk kriteria eksklusi yaitu :
1) Klien yang tidak bisa baca tulis
2) Klien yang tidak bersedia untuk menjadi sampel.
4.3.2.2 Besarnya sampel
n = N
1+N(d)²
n = 50
1+50(0,05)²
n = 50
1+50(0,0025)²
n = 50
1+0,125
n = N
1,125
n= 44, 44
Besar sampel pada penelitian ini yaitu 44 jiwa.
4.3.3 Tekhnik Sampling
Tethnik sampling adalah tekhnik yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi (arikunto, 2002)
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi unruk dapat mewakili populasi.
Pada penelitian ini menggunakan penelitian non probabilitas dengan accidental sampling atau dipilih hanya berdasarkan ketersediaanyan.

4.4 Tempat Penelitian
Pada penelitian ini tempat penelitian di adakan di Wilayah Kerja Puskesmas Cipayung Jakarta Timur.

4.5 Penyusunan dan Analisa Data
4.5.1 Pengumpulan data
Data yang diperlukan dalam studi kasus ini adalah data subyektif berupa pola makan pada penderita hipertensi dengan kuisioner pada penderita tentang pola makan yang selama ini dilakukan, untuk mendapatkan keterangan secara tulisan dari responden (Noto Atmojo,2002), dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan yang terdapat dalam lampiran. Selain melalui kuisioner peneliti melakukan observasi terhadap tekanan darah penderita dan mencatat makanan yang dikonsumsi penderita selama satu minggu yaitu sebelum, selama, sesudah pola makan diamati dan masing-masing klien diobservasi selama tiga hari. Adapun daftar observasi pada lampiran.




4.5.2 Pengolahan data
Pengolahan data pada penelitian ini dibagi menjadi 6 tahap yaitu :
4.5.2.1 Editing (memeriksa)
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data, pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai dilakukan terhadap
a. Kelengkapan jawaban
b. Keterbacaan tulisan
c. Relevasi jawaban

4.5.2.2 Koding (memberi tanda)
Koding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori, biasanya diklasifikasikan dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban Nilai tahu
Nilai tidak tahu

4.5.2.3 Sorting
Sorting adalah mensorting dengan memilih atau mengelompokan data menurut jenis yang dikehendaki / klasifikasi data.

4.5.2.4 Enteri data
Enteri data adalah jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

4.5.2.5 Cleaning
Cleaning adalah pembersihan data, lihat variable apakah data sudah benar/belum.
4.5.2.6 Mengeluarkan Informasi
Mengeluarkan informasi yaitu disesuaikan pada tujuan penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran sikap tentang penatalaksanaan terapi diet pada klien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Cipayung Jakarta Timur.

4.5.3 Penyajian data
Data pada penelitian ini dapat disajiakan dalam bentuk yang mudah dibaca dan di pahami, tujuannya adalah memberikan informasi dan memudahkan interprestasi hasil analisa. Hasil pengumpulan data baik kuisioner dan observasi disajikan dalam bentuk naratif.




4.5.4 Analisa interprestasi data
Pengolahan data pada akhir studi kasus ini adalah dengan cara deskriptif yaitu peneliti ingin mengetahui pola makan yang dikonsumsi penderita selama ini dengan tekanan darah penderita.

4.6 Uji Validitas dan Relibialitas
4.6.1 Uji validitas
Pada uji validitas ini, peneliti menggunakan validitas internal, yaitu dengan validitas subjektif.
4.6.2 Uji Relibialitas
Pada uji reliabilitas ini, peneliti menggunakan reliabilitas secara internal diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan tekhnik tertentu.

4.7 Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak tidak boleh bertentangan dengan etika, tujuannya peneliti harus etis dalam hak responden harus dilindungi pada penelitian ini maka peneliti mendapat pengantar dari Akademi Keperawatan Royhan kemudian menyerahkan kepada Puskesmas Cipayung untuk mendapat persetujuan.




4.7.1 Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden mengetahui maksud-maksud persetujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data, jika responden bersedia di teliti maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.
4.7.2 Anonemity (Tanpa nama)
4.7.3 Confidientelly (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjektif dijamin kerahasiaannya, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dikelompokkan pada hasil riset.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yang ditemukan yaitu.
Subjek : Jumlah yang kurang
Peneliti : Baru pertama kalinya melakukan penelitian,
Kemampuan peneliti masih kurang, karena peneliti masih termasuk taraf permulaan, sehingga hasil yang di capai kurang.
Instrumen dan lembar obserevasi dirancang oleh peneliti sendiri tanpa melaksanakan uji coba.
Validitas tiap-tiap item pada lembar observasi belum di uji cobakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar